Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan Angito Abimanyu mengatakan pemerintahan Prabowo menghadapi berbagai tantangan domestik dan global, termasuk serbuan kecerdasan buatan (AI), termasuk dampaknya terhadap perpajakan.

Pada pembukaan Senat Dies ke-15 dan Lustrum III Sekolah Vokasi UGM Tahun 2024, Senin (28/10/2024), ia mengatakan belum ada yang bisa memberikan jawaban dari materi retret yang didapat selama empat hari di Magelang. pengembangan kecerdasan buatan di masa depan.

Hal ini termasuk perhitungan yang diperlukan oleh para pengambil kebijakan. Salah satunya merujuk pada penghitungan pajak dan potensi penerimaan negara dari sumber-sumber yang ada.

Pasalnya, semua itu bisa dilakukan dengan kecerdasan buatan dan tidak memerlukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Namun AI tidak memiliki soft skill yang bisa dilatih seperti manusia.

“Saya bisa menghitung pendapatan pajak [menggunakan kecerdasan buatan]. Kita punya angka ini, jumlah penduduk ini, PDB sebesar ini, penerimaan pajak berapa, proyeksi yang terpenuhi, itu saja. Tidak perlu Direktur Jenderal Pajak yaitu. tidak perlu Canville [Kanwil Ditjen Pajak], “Tapi yang tidak bisa kami ajarkan adalah soft skill,” ujarnya.

Terganggunya tatanan perekonomian akibat adanya kecerdasan buatan tidak hanya berdampak pada penghitungan pajak, namun juga berdampak pada industri musik dan sektor pendidikan.

Anjito mencontohkan salah satu keluhan pelaku industri musik yang kini menjadi anggota kabinet, Jovi Vidianto, bahwa kecerdasan buatan sudah bisa membuat rencana bisnis, pembuatan musik, desain, logo.

Mas Jovi bilang industri musik sedang sekarat. Karena kalah dengan I Love Music,” ujarnya. 

Kementerian Keuangan menyoroti berbagai tantangan lain yang masih berlangsung, seperti membanjirnya barang impor yang berdampak pada industri TPT, membanjirnya barang dan perdagangan ilegal.

Selain itu, Angito juga menyebut maraknya perjudian online alias judol juga menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel