Bisnis.com, Jakarta – Nilai tambah perdagangan migas Indonesia dengan Amerika Serikat meningkat dalam 10 tahun terakhir, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pada bulan Oktober, surplus perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat meningkat sebesar US$13,55 miliar.
Platt. Presiden BPS Amalia A. Widyasanti dalam pidatonya mengatakan surplus bulan Oktober hampir setara dengan surplus tahun 2023 sebesar $14,01 miliar.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai perdagangan nonmigas dengan negara Paman Sam yang juga lebih tinggi.
“Barang utama yang diekspor ke Amerika adalah pakaian jadi dan aksesoris [bukan pakaian rajut HS 62] dan pakaian jadi [pakaian rajut HS 61],” ujarnya dalam jumpa pers, Jumat (15 November 2024).
Selain HS 61 dan HS 62, komoditas ekspor utama Amerika Serikat pada tahun 2013 hingga Oktober 2024, produk karet dan produk karet (HS 40) juga dinilai menjadi favorit warga Amerika.
Produk lainnya yaitu mesin dan peralatan listrik serta bagiannya (HS 85) dan alas kaki (HS 64) juga rutin diekspor ke Amerika Serikat.
Pada tahun 2022, neraca perdagangan mencapai US$18,87 triliun, laju pertumbuhan tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Saya ingat pernah terjadi “durian crash” akibat kenaikan harga barang-barang yang mahal.
Secara historis, ekspor minyak dan gas bernilai $15,08 miliar pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2023, ekspor mencapai US$23,23 miliar. Hingga Oktober 2024, ekspor minyak dan gas alam ke Amerika Serikat telah mencapai $21,51 miliar.
Sementara impor Indonesia dari Amerika diperkirakan mengalami stagnasi. Pada tahun 2013 jumlahnya mencapai US$8,87 miliar. Kemudian pada tahun 2023, impor mencapai US$9,22 miliar. Pada Oktober 2024, impor minyak dan gas alam AS akan mencapai $7,96 miliar.
Produk utama yang diekspor dari Amerika Serikat adalah mesin dan perlengkapan mesin serta bagian-bagiannya (HS 84), minyak sayur dan buah-buahan (HS 12), serta sisa makanan (HS 23).
Secara keseluruhan tahun ini, neraca perdagangan Indonesia meningkat sebesar US$24,43 miliar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan nilai minyak dan gas sebesar $41,82 miliar, diimbangi dengan defisit neraca minyak dan gas sebesar $17,39 miliar.
Khusus pada Oktober 2024, neraca perdagangan Indonesia meningkat sebesar US$2,48 miliar, turun sebesar US$750 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Secara persentase, pertumbuhan bulanan turun menjadi 0,76% (MoM/MtM) dan pertumbuhan tahunan (YoY/YY) menjadi 1%.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel