Bisnis.com, JAKARTA – Kontroversi iuran tabungan perumahan rakyat (Tapera) kini menjadi sorotan publik. Hal ini sesuai dengan persetujuan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2024 tentang Perubahan PP No. 25 Tahun 2020 tentang Tapera yang ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan klausul tersebut, simpanan peserta Tapera berasal dari pekerja bergaji seperti PNS, BUMN, perusahaan swasta, dan pekerja mandiri.

Iuran Tapera akan mulai ditarik dari pekerja pada tahun 2027, dengan pembayaran sebesar 3% dari gaji. Secara garis besar, 0,5 persen diambil oleh pemberi kerja dan bagian pekerja sebesar 2,5 persen.

Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) juga telah bermitra dengan 7 manajer investasi untuk mengelola dana Tapera atau kontrak pengelolaan dana Tapera (KPDT). Simpanan peserta dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dana cadangan, dana sisa, dan dana pemanfaatan.

Akhir tahun lalu, Deputi Komisioner Pemupukan Dana Tapera Gatut Subadio mengklaim imbal hasil pengelolaan dana Tapera akan meningkat signifikan pada 2023.

“Total return peserta mencapai 5,48% pada tahun lalu [2023], meningkat 2,29% dibandingkan tahun 2022 sebesar 3,19%,” kata Gatut dalam keterangan resmi.

Portofolio investasi dana Tapera didominasi oleh Surat Utang Negara (SUN) dan tidak memiliki tempat di ekuitas. Lantas bagaimana kinerja imbal hasil Tapera dalam satu tahun jika dibandingkan dengan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) ritel?

Sebagai perbandingan, kupon SBN dengan penjualan tertinggi pada tahun 2023 adalah Sukuk Tabungan seri ST011 dengan jangka waktu 4 tahun dengan kupon tahunan majemuk sebesar 6,50%.

Artinya, jika suku bunga Bank Indonesia (BI) naik maka kupon ST011 bisa saja naik, namun tidak lebih rendah dari saat pertama kali diterbitkan.

DJPPR Kementerian Keuangan menerbitkan ST011 dalam dua tenor, yakni seri tabungan ST011T2 bertenor 2 tahun dengan tingkat kupon 6,30% per tahun dan seri ST011T4 bertenor 4 tahun dengan kupon 6,50% per tahun. Penjualan ST011 kedua lini mencapai Rp 20,02 triliun pada akhir masa penawaran 6 November – 6 Desember 2023.

Sedangkan kupon SBN terendah tahun 2023 adalah obligasi komersial tenor 3 tahun ORI023 dengan jatuh tempo 5,90% p.a. Sedangkan ORI023-T6 tenor 6 tahun memiliki kupon sebesar 6,10% per tahun.

ORI023 juga laris manis dan diharapkan investor dengan total penjualan Rp 28,9 triliun dari kedua lini. Masa penawaran ORI023 berlangsung mulai 30 Juni hingga 20 Juli 2023.

Artinya, secara persentase, imbal hasil investasi peralatan SBN yang akan dijual lebih tinggi dibandingkan imbal hasil tabungan Tapera periode 2023.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel