Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan sumber pembiayaan perbankan selain DPK secara bertahap meningkat sebesar 12,97% setiap tahunnya, sejalan dengan strategi bank dalam mengelola kebutuhan likuiditas.

Berdasarkan laporan Perkembangan Pasar Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), peningkatan sumber pembiayaan non DPK disumbang oleh pinjaman/pembiayaan yang diterima senilai Rp69,06 triliun dan kewajiban bank lainnya senilai Rp11,22 triliun pada posisi Juli 2024 . 

LPS menyampaikan, sumber pembiayaan non-DPK dapat menjadi alternatif pendukung penyaluran kredit, selain sumber tradisional berupa DPK. 

Diketahui penggunaan pembiayaan non DPK masih didominasi oleh bank-bank menengah dan besar sebagai upaya diversifikasi dan pengembangan struktur pembiayaan jangka panjang.

“Situasi likuiditas perbankan yang masih wajar dan potensi selisih biaya dana membuat perkembangan dana non-DPK tidak meningkat signifikan,” tulis LPS, dikutip Selasa (10/9/2024). 

Sementara itu, kebutuhan perbankan untuk memperluas kredit dan memenuhi kebutuhan nasabah diperkirakan akan meningkatkan porsi pembiayaan non-DPK. 

Sementara itu, risiko ketidakpastian yang mendorong volatilitas pasar keuangan dan arah kebijakan suku bunga yang masih tinggi mempengaruhi kemauan perbankan untuk mengakses pembiayaan non-DPK. 

Banyak bank tampaknya menggunakan opsi pembiayaan yang tidak didanai oleh pihak ketiga. Salah satunya, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan pembiayaan non-DPK dibutuhkan perseroan tidak hanya untuk ekspansi kredit tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha. rasio dana stabil bersih yang disyaratkan. 

“Untuk BJB sendiri, pada tahun ini, di luar penerbitan obligasi subordinasi yang dilaksanakan, pembiayaan non DPK sebesar Rp 1,44 triliun. “Perusahaan juga akan menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp1,5 triliun pada akhir semester II tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2024). 

Tak hanya bank menengah, dari kelompok jumbo banking, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pada 2024, perseroan optimis pertumbuhan DPK akan mendukung perluasan kebutuhan likuiditas bisnis dan operasional bank.  

Menurut dia, Bank Mandiri akan terus memantau kondisi likuiditas pasar hingga sisa tahun 2024.  

“Jika diperlukan, Bank Mandiri memiliki banyak pilihan pembiayaan jangka panjang seperti transaksi bilateral dan penerbitan surat berharga,” ujarnya.

Saat ini Bank Mandiri masih memiliki platform penerbitan obligasi ramah lingkungan atau Green Bond Berkelanjutan I senilai Rp5 triliun dari total platform Rp10 triliun.  

Tak hanya itu, Bank Mandiri masih memegang sisa platform EMTN yaitu Euro Medium-Term Notes Program senilai $2,9 miliar dari platform $4 miliar. 

Sementara dari sisi finansial, DPK Bank Mandiri dapat mengikuti laju pertumbuhan kredit, meski pertumbuhannya tidak secepat kredit yang disalurkan. DPK Mandiri tumbuh 15,45% secara tahunan mencapai Rp1.651,02 triliun. 

Sementara itu, rasio LDR Bank Mandiri meningkat sebesar 480 basis poin (bps) menjadi 90,48% pada semester I/2024 dibandingkan sebelumnya 85,68%.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel