Bisnis.com, Jakarta – Keputusan pemerintah memperkuat harga eceran maksimum persediaan pangan (HET) dan stabilisasi harga beras (SPHP) atau bulogris dinilai sangat penting.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AP) Kuduri mengatakan, ada dua alasan mengapa regulasi HET beras Bulog begitu penting. Pertama, selisih harga beras SPHP dengan beras medium dan premium tidak boleh terlalu besar.

Berdasarkan panel harga Badan Pangan (BAPANAS) pada Minggu (5/5/2024) pukul 14:57 WIB, rata-rata harga beras premium nasional adalah Rp 15.670/kg dan beras medium Rp 13.600/kg. Sedangkan harga beras SPHP berkisar Rp 10.900 hingga Rp 11.800 per kilo.

“Jika keterlaluan, beras SPHP akan menjadi incaran utama banyak warga karena selisih harganya sangat besar,” kata Kouduri kepada Bisnis, Minggu (4/5/2024).

Kedua, selisih harga yang dibayarkan negara kepada Bulog sebelum perubahan harga SPHP, HPP dan HET harus dikurangi atau dipertahankan pada tingkat yang sama.

Sebagai informasi, Bapanas vide surat no. 142/TS/02.02/K/4/2024, tanggal 29/04/2024, untuk penegasan HET tanggal 1/5/2024 untuk penyaluran SPHP beras tahun 2024.

HET beras SPHP ditentukan berdasarkan zona. Di wilayah Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi, HET beras SPHP per kilogram menjadi 12.500 dari sebelumnya Rp 10.900 per kilogram. 

Kemudian di wilayah Sumatera kecuali Lampung dan Sumsel, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan, HET beras SPHP sebesar Rp 13.100 per kilogram. HET beras SPHP di daerah ini sebelumnya ditetapkan Rp 11.500 per kilogram.

Terakhir di wilayah Maluku dan Papua, pihak HET menetapkan standar beras Bulog sebesar Rp 13.500 per kilo. Angka tersebut meningkat dari HET sebelumnya Rp 1.700/kg menjadi Rp 11.800/kg.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Saluran Tontonan