Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menguat pasca pengumuman pembatalan akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Analis menjelaskan hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh hasil kinerja Bank Mumalat 

Nafan Aji Gusta, Kepala Informasi Investor Mira Asset Securities, mengatakan kenaikan akibat pembatalan akuisisi BBTN disebabkan kinerja Bank Mumalat yang kurang baik. 

Dihubungi Senin (8/7/2024), Nafan mengatakan, “Pembatalan akuisisi Bank Muamalat mendongkrak harga saham BBTN karena investor memperhitungkan kinerja Bank Muamalat yang kurang sehat.” 

Menurut Nafan, pembatalan akuisisi tersebut otomatis membuat harga saham BBTN naik. Menurut dia, investor mengapresiasi pembatalan akuisisi tersebut

Nafan memperkirakan Bank Mumalat saat ini tidak memiliki likuiditas yang cukup. Ia menilai bank tersebut harus memiliki likuiditas yang baik

Nafan berkata: “Likuiditas bank harus bagus. 

Nico Demas, Associate Director Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Securitas Maximilianos, mengatakan salah satu penyebab kenaikan saham BBTN adalah kemungkinan penurunan suku bunga pada semester II/2024.

Nico mengatakan, “Antusiasme terhadap sektor properti juga menjadi katalis positif bagi BBTN karena BBTN mempunyai peran besar di sektor properti.

Hingga kuartal I 2024, Bank Mumalat mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,78 miliar. Laba tersebut sebesar Rp 10,23 miliar, turun 72,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya  

Bank Mumalat melaporkan penurunan laba setelah distribusi sebesar 13,62% YoY menjadi Rp 49,39 miliar pada Q1 2024, dibandingkan Rp 57,17 miliar pada Q1 2024.  

Sedangkan pendapatan penyaluran dana meningkat 18,53% menjadi Rp526,58 miliar dibandingkan sebelumnya Rp444,21 miliar.

Namun pertumbuhan tersebut belum mampu mengimbangi pembagian keuntungan kepada pemilik dana investasi yang mencapai Rp 477,16 miliar pada triwulan I 2024 atau meningkat secara year-on-year sebesar 23,29% dari Rp 387,04 miliar.

Selain itu, pendapatan non-bunga yakni pendapatan berbasis komisi turun 48,57% menjadi Rp130,06 miliar dibandingkan sebelumnya Rp252,89 miliar. 

Laba usaha Bank Mumalat pun mengalami penurunan sebesar 61,21% menjadi Rp9,89 miliar dari sebelumnya Rp25,49 miliar. Setelah dikurangi pajak penghasilan, Bank Mumalat melaporkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 2,78 miliar pada kuartal I 2024.

Selain itu, rasio dana bermasalah (NPF) bruto Muamalat membaik menjadi 2,22% dari 2,75%. Sementara itu, FNM bersih meningkat dari 0,75% menjadi 1,17% 

Bank Mumalat mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga Maret 2024. Pertumbuhan sebesar 11,7% tersebut terutama disumbang oleh Dana Murah atau Giro dan Tabungan (CASA), sedangkan Giro yakni. J. 39,4% tahun ke tahun.

Khususnya saham BBTN ditutup menguat 2,34% pada Rp 1.310 hari ini, Senin (7/8/2024). Saham BBTN menguat di tengah kabar pembatalan akuisisi Bank Mumalt. Saham BBTN menguat 4,8% sejak awal tahun ini.

Bank pelat merah khusus kredit perumahan ini mencatatkan kapitalisasi pasar Rp 18,39 triliun. BBTN mencatatkan total aset sebesar Rp 454,02 triliun hingga akhir Maret 2024. Direktur Utama BTN Mumalat membatalkan akuisisi

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan BTN telah bekerja keras bersama Bank Mumalat sejak awal tahun ini.

Namun BTN memutuskan untuk tidak melanjutkan akuisisi bank syariah pertama di Indonesia tersebut.

“Pada dasarnya kita harus menghormati kontrak dengan mereka,” kata Nixon saat sidang keenam Komisi DRP, Senin (7/8/2024).

Aksi korporasi ini awalnya diusulkan BTN sebagai bagian dari upaya pemisahan atau pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS), yakni. J. BTN Suriah, pada Bank Umum Syariah (BUS).

Saat spin-off, Bank BTN juga sedang menjajaki akuisisi Mumalat 

Rencananya setelah BTN mengakuisisi Bank Mumalat, UUS BTN yakni. J. BTN Syariah akan merger dengan Bank Mumalat. 

Sebelumnya, pada April 2024, BTN memfokuskan rencana usahanya pada Bank Mumalat.

Namun, hal ini tidak pernah terwujud, sehingga laporan akuisisi tersebut dibatalkan

—————

Peringatan: Laporan ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel