Bisnis.com, JAKARTA – Kanker otak adalah pertumbuhan sel abnormal pada jaringan otak yang membentuk tumor.
Tumor bisa jinak atau tidak menyebar atau ganas, yang disebut kanker. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat memengaruhi fungsi otak seperti pergerakan, pikiran, dan emosi.
Secara umum, kanker otak terbagi menjadi dua jenis:
1. Tumor otak primer: berasal dari otak atau sekitarnya, seperti glioma, meningioma, atau medulloblastoma, dan dapat bersifat jinak atau ganas tergantung jenisnya.
2. Tumor otak sekunder (metastatik): Kanker yang menyebar ke otak dari organ lain, seperti paru-paru, payudara, atau kulit (melanoma) dan selalu berbahaya. Penyebab kanker otak
Kanker ini bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) atau menyebar dari organ lain (tumor metastatik). Penyebab pastinya masih belum diketahui, namun faktor genetik, mutasi sel, dan paparan radiasi dapat meningkatkan risikonya.
Kanker otak terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali pada jaringan otak, namun penyebab pasti kanker otak masih belum diketahui sepenuhnya. Berdasarkan penelitian medis, beberapa faktor diyakini berhubungan dengan risiko terkena kanker otak, antara lain faktor genetik, mutasi DNA, paparan radiasi, dan pengaruh lingkungan lainnya.
Dr. Wienorman Gunawan, Sp.BS, dokter bedah saraf di RS Bethsaida Gading Serpong mengatakan, “Penting untuk mengenali tanda-tanda awal kanker otak dan mencari pengobatan sesegera mungkin. Kombinasi deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan.
Ia mengatakan, gen berperan penting dalam risiko kanker otak. Beberapa orang memiliki mutasi genetik atau riwayat keluarga yang meningkatkan risiko tumor otak. Gen-gen berikut ini berisiko terkena kanker otak
1. Beberapa sindrom genetik: seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Turcot, dan sindrom Gorlin semuanya berhubungan dengan tingginya tingkat infeksi otak. Orang dengan kondisi ini lebih mungkin terkena kanker otak dibandingkan populasi umum.
2. Riwayat keluarga: Meski hanya sekitar 5-10%, namun adanya riwayat keluarga dapat meningkatkan risikonya.
3. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko kanker otak antara lain:
A. Paparan radiasi: Radiasi pengion telah terbukti meningkatkan risiko tumor otak primer, seperti glioma. Misalnya, orang yang menerima terapi radiasi di kepala memiliki risiko lebih tinggi terkena glioma dan meningioma.
B. Paparan Bahan Kimia: Meski penelitian belum memberikan bukti yang meyakinkan, bahan kimia tertentu seperti pestisida, pelarut, dan bahan kimia industri diduga berperan dalam meningkatkan risiko tumor otak.
C. Faktor lain: Beberapa penelitian telah mencoba menghubungkan polusi udara dan paparan elektromagnetik dari perangkat seperti ponsel dengan risiko kanker otak, namun buktinya terbatas dan tidak ada bukti tentang cara mendiagnosis kanker otak.
Kebanyakan tumor otak sering kali baru diketahui setelah gejalanya muncul. Sebagai langkah awal, dokter menanyakan secara detail gejala yang didengar serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Jika dicurigai adanya kanker otak, dokter akan merekomendasikan tes khusus untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan penyebab gejala lainnya.
Dr. Pitono, Direktur RS Bethsaida, Gading Serpong, mengatakan deteksi dini kanker otak dapat dilakukan di rumah sakitnya yang meliputi pencitraan (MRI dan CT scan) berupa scan untuk mendapatkan gambaran otak secara detail dan mendeteksi. tumor.
EEG kemudian digunakan saat pasien mengalami kejang untuk merekam aktivitas listrik otak.
Selanjutnya, pencitraan angiografi serebral menggunakan sinar-X dan pewarna kontras untuk memantau aliran darah ke tumor.
Ada pula tes fungsi lumbal berupa pengambilan sampel cairan serebrospinal untuk menguji penanda tumor.
Terakhir, biopsi jarum stereotaktik pada tumor di area yang sulit atau sulit dijangkau untuk mendapatkan sampel jaringan.
Perawatan kanker otak bergantung pada jenis, lokasi, ukuran tumor, dan kesehatan pasien. Metode utama yang dapat ditempuh antara lain pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel