Bisnis.com, Jakarta – Majelis Kesehatan Dunia (WHA) telah menyetujui resolusi tahun 2021 tentang kesehatan mulut yang merekomendasikan peralihan dari pengobatan tradisional ke pengobatan preventif.

Program ini mencakup promosi kesehatan mulut di keluarga, sekolah dan tempat kerja dan mencakup layanan yang tepat waktu, komprehensif dan komprehensif dalam sistem perawatan kesehatan primer.

Mengacu pada resolusi tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tujuan untuk membebaskan setidaknya 50% anak usia 5 tahun dari penyakit gigi dan 90% orang dewasa dari kehilangan gigi akibat periodontitis pada tahun 2030.

Periodontitis, atau peradangan pada jaringan penyangga gigi, merupakan penyakit mulut yang ditandai dengan nyeri pada gusi, pendarahan dengan atau tanpa penyikatan, nyeri saat mengunyah, gigi goyang, dan bau mulut.

Kurangnya kebersihan mulut yang baik dapat menyebabkan peradangan, yang menyebabkan bakteri berkembang biak di sisa-sisa makanan.

Ketika periodontitis terjadi, bakteri menumpuk dalam bentuk plak di dasar gigi, sehingga merusak jaringan di sekitar gigi dan menyebabkan reaksi peradangan pada gusi, yang lambat laun berujung pada terbentuknya abses (nanah) pada gusi dan menyebabkan gigi berlubang. membusuk. dan risiko kerusakan pada tulang alveolar gigi yang menahan gigi di dalam mulut.

Bakteri yang awalnya hanya mengiritasi gusi di sekitar gigi, lambat laun menyebabkan gigi berlubang, atau kantong pada gusi yang memisahkan jaringan gusi dengan gigi, sehingga menyebabkan gigi mudah tanggal. Bakteri ini menembus lebih dalam, merusak jaringan gusi dan tulang.

Jika kondisi ini terjadi dalam jangka waktu lama, gusi dan jaringan di sekitar gigi akan mengalami kerusakan sehingga berujung pada patahnya gigi. Pada kasus yang parah, periodontitis dapat menyebabkan abses atau penumpukan nanah pada gigi.

Menurut situs resmi Universitas Erlang, sebagian besar kasus periodontitis dimulai dengan plak, biofilm lengket yang mengandung bakteri. Jika tidak ditangani, plak pada akhirnya dapat berkembang menjadi periodontitis.

Plak terbentuk ketika pati dan gula dalam makanan berinteraksi dengan bakteri yang biasanya ditemukan di mulut.

Menyikat gigi dua kali sehari dan membersihkan gigi dengan benang sekali sehari dapat membantu menghilangkan plak, namun plak dapat terbentuk kembali dengan cepat.

Plak dapat mengeras di bawah garis gusi dan, jika tidak dihilangkan, akan membentuk karang gigi, sehingga sulit dihilangkan dan dipenuhi bakteri.

Semakin lama plak dan karang gigi menempel pada gigi, semakin besar pula kerusakan yang ditimbulkannya. Plak dapat menyebabkan gingivitis, bentuk penyakit periodontal yang paling ringan. Gingivitis adalah iritasi dan peradangan pada gusi di sekitar pangkal gigi. Gingivitis dapat disembuhkan dengan perawatan profesional dan perawatan mulut yang baik.

Peradangan kronis pada gusi menyebabkan periodontitis, yang menyebabkan terbentuknya kantong berisi plak, karang gigi, dan bakteri di antara gusi dan gigi. Seiring waktu, kantong-kantong ini menjadi lebih dalam dan dipenuhi lebih banyak bakteri.

Jika tidak diobati, infeksi yang dalam ini menyebabkan pengeroposan jaringan lunak dan tulang, sehingga menyebabkan pasien kehilangan satu atau lebih gigi. Selain itu, peradangan kronis yang berkelanjutan dapat membebani sistem kekebalan tubuh pasien. Gejala periodontitis

Gejala periodontitis bisa berbeda-beda dan bergantung pada berkembangnya peradangan pada gusi dan gigi. Namun, ada beberapa gejala atau keluhan yang biasa dialami penderita periodontitis, antara lain: Nyeri saat mengunyah Plak dan karang gigi pada gigi Melonggarnya sela-sela gigi Resesi gusi yang menyebabkan gigi panjang tampak kemerahan atau ungu. Bau mulut. Gusi terasa tidak enak dan nyeri saat disentuh. Gusi membengkak dan mudah berdarah. Keluarnya nanah dari garis gigi dan gusi.

Head of Corporate and Marketing Communications OT Group (Formula Oral Care), Harianos Zeboa mengatakan, cara mencegah periodontitis adalah dengan rutin menyikat gigi minimal dua kali sehari, yakni setiap pagi dan sebelum tidur.

Bersihkan juga sela-sela gigi dengan benang gigi. Dengan cara ini, plak tidak akan menumpuk dan Anda terhindar dari periodontitis.

Selain menyikat gigi secara menyeluruh, Anda juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin setiap 6 bulan sekali. Namun, jika Anda termasuk dalam kelompok orang yang berisiko terkena penyakit periodontal, seperti perokok atau mengonsumsi obat penyebab mulut kering, pemeriksaan mungkin perlu dilakukan lebih rutin.

Ia mengatakan, Formula rutin melakukan edukasi kebersihan mulut dan gigi untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sikat gigi dalam mencegah penyakit periodontal, serta membagikan sikat gigi gratis dan perawatan serta perawatan gigi gratis. Hal ini terjadi di kalangan manusia.

“Salah satunya kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kampung Pemulung Menteng Atas, Jakarta, FORMULA, KitaBisa dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo untuk kesehatan gigi dan mulut, pengobatan gigi gratis, pembagian sikat gigi gratis, dan edukasi. Belajar melalui inisiatif. Mendistribusikan kebutuhan pokok kepada ratusan warga,” ujarnya.

Ia menambahkan, mereka juga mengajak masyarakat untuk mendonasikan sikat gigi baru kepada masyarakat kurang mampu di berbagai tempat terkait Ramadhan seperti sekolah, kantor, dan berbagai acara.

“Kami berharap dapat membantu lebih banyak lagi warga yang membutuhkan layanan kesehatan gigi dan mulut. Warga kurang mampu juga berhak mengakses layanan kesehatan gigi dan mulut,” tambah Harianus.

Kesehatan mulut dan gigi yang baik tentunya akan berdampak positif bagi kesehatan fisik secara keseluruhan, lanjutnya. Generasi penerus bangsa yang pasti akan mewujudkan Indonesia emas dengan produktivitas harian dan bebas permasalahan gigi dan mulut. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.