Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat telekomunikasi menilai efisiensi Telkom dengan jumlah karyawan lebih dari 1.000 orang merupakan konsekuensi dari langkah perseroan menerapkan strategi Fixed Mobile Convergence (FCM). Peralihan layanan internet tetap IndiHome ke Telkomsel membuat perusahaan semakin ramping. 

Pengamat telekomunikasi sekaligus dosen Fakultas Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) Agung Harsoyo mengatakan PT Telkom merupakan perusahaan milik negara internasional.

Ia mengatakan Telkom Group saat ini merupakan operator telekomunikasi terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, Telkom beradaptasi dengan standar internasional dan praktik terbaik terkait industri telekomunikasi internasional.

Agung mengatakan efisiensi Telkom bukan karena gangguan AI. Sebaliknya, pengaruh Telkom Group memisahkan segmen bisnis IndiHome Fixed-Mobile Convergence (FMC) (spin-off) ke Telkomsel.

“Tahun ini terjadi penguatan FMC dengan mergernya Indihome dengan Telkomsel. Dari sini akan ada efisiensi dari sisi infrastruktur dan SDM [sumber daya manusia],” kata Agung kepada Bisnis, Selasa (27/08/2024). 

Sebelumnya, McKinsey, perusahaan konsultan multinasional, mengatakan potensi sinergi konvergensi Fixed Mobile (FMC) Telkom mencapai Rp5 triliun – Rp6 triliun setiap tahunnya. 

Tak hanya pendapatan, sinergi tersebut juga akan menciptakan efisiensi biaya operasional hingga Rp1,6 triliun – Rp1,9 triliun per tahun, kemudian efisiensi belanja modal Rp0,3 triliun – Rp0,4 triliun.  

Nilai efisiensi ini kabarnya berasal dari langkah perampingan dari sisi pelayanan dan tenaga pemasaran, serta perjanjian kerja sama. 

Agung mengatakan efisiensi yang dilakukan Telkom merupakan konsekuensi logis dari aksi korporasi.

“Menurut saya dan perkiraan saya, program pensiun dini ini erat kaitannya dengan FMC. Kalau dilihat dari laporan keuangan, industri telekomunikasi masih untung,” ujarnya.

Presiden Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward, mengatakan efisiensi tersebut terkait dengan matangnya talenta digital Telkom untuk menggantikan peran berbagai pegawai. 

“Telkom akan diisi dengan talenta-talenta digital, transformasi digital hampir di segala bidang merupakan hal wajar yang ingin Telkom capai dengan memberikan kesempatan melatih talenta-talenta digital untuk mewujudkan visi dan misi Telkom,” kata Ian.

Menurut Ian, sebagian besar talenta digital saat ini dibekali dengan pengetahuan tentang Internet of Things (IoT), big data, data science, dan kecerdasan buatan (AI).

“Jadi [talenta digital] tidak memulai dari awal, atau belajar kembali untuk menghadapi teknologi saat ini dan tantangan masa depan,” ujarnya.

Para pengusaha mencoba menanyakan kepada Telkom alasan mengapa program pensiun dini baru diterapkan saat ini. Hingga berita ini diturunkan, Telkom belum memberikan tanggapan.

Diberitakan sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi mengatakan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Telkom mengalami sedikit penurunan karena dimulainya program pensiun dini yang melibatkan sekitar 1.008 karyawan. pada paruh pertama tahun 2024.

“Mendorong perusahaan menjadi lebih ramping dan meningkatkan talenta digital akan mendorong efisiensi,” kata Heri dalam acara publik, Senin (26/08/2024).

Menurut dia, program pensiun dini dilaksanakan dalam kerangka strategi pengendalian kompetensi Telkom. Sekaligus membuka ruang dan mendukung talenta-talenta digital.

Namun program pensiun dini yang dilaksanakan pada paruh pertama tahun 2024 juga tidak akan dilanjutkan pada paruh kedua tahun ini. Sedangkan jika dihitung dengan program pensiun dini, EBITDA yang dinormalisasi meningkat 1,9% YoY (YoY/Joy) menjadi Rp39,1 triliun pada I/2024. semester dengan margin EBITDA sebesar 51,9%.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel