Bisnis.com, Jakarta – 7 kamar dagang dan pemimpin industri dari luar negeri mendesak Indonesia untuk mencabut pembatasan impor yang diberlakukan baru-baru ini. Para pemimpin meminta bantuan kepada Menteri Koordinator Investasi dan Kemaritiman Luhur Vinsar Pandzaitan.
Menurut Bloomberg, para eksekutif mengatakan pada Jumat (5/10/2024) bahwa kebijakan Indonesia yang membatasi impor sekitar 4.000 produk mempersulit mereka dalam berbisnis. Untuk itu, mereka melobi Menteri Koordinator Luhut untuk mengembalikan larangan pada aturan sebelumnya.
Sumber Bloomberg menyebut kebijakan proteksionis ini mengkhawatirkan dan merupakan ciri khas pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Perwakilan dari tujuh dewan bisnis mengatakan kepada Menteri Koordinator Luhut pada pertemuan tersebut bahwa proteksionisme dapat merugikan kredibilitas perekonomian Indonesia.
Sumber yang sama juga mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Luhut menelepon rekan-rekannya di kabinet dan mengkritik kebijakan tersebut.
Regulasi impor tersebut menguji seberapa besar kemauan Indonesia untuk mempertahankan sikap proteksionisnya, apalagi seiring dengan akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto pada akhir Oktober 2024, Presiden Jokowi akan menyerahkan kekuasaannya.
Peraturan ini juga akan membantu industri nikel yang didukung pemerintah, kata laporan itu. Bloomberg mengonfirmasi pertemuan tersebut kepada pejabat terkait. Namun, belum ada yang merespons.
Rahma Alifa, analis BowerGroupAsia Indonesia, mengatakan dengan larangan impor ini, Indonesia perlu memikirkan kembali secara mendasar koherensi kebijakan perdagangannya dalam kaitannya dengan ambisi hilir. Hal ini termasuk menemukan keseimbangan antara memastikan fleksibilitas impor dan ekspor serta mendorong inovasi.
Diketahui, Kementerian Perdagangan akan mulai menerapkan aturan larangan impor pada Maret 2024. Langkah ini bertujuan untuk mendorong manufaktur lokal dengan mempersulit perusahaan mengimpor barang seperti laptop dan bahan mentah berbahaya. Namun peraturan ini berdampak luas terhadap pelaku perdagangan dalam dan luar negeri karena mencakup sekitar 70% barang yang diperdagangkan di pasar dalam negeri.
Salah satu contoh dampaknya adalah sulitnya pabrik LG Electronics lokal mendapatkan komponen produksi mesin cuci dan televisi yang diekspor ke Korea Selatan. Namun pihak LG Electronics belum menanggapi kondisi tersebut saat dimintai konfirmasi.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlang Hartarto mengatakan kepada beberapa Kepala Kamar Dagang, aturan tersebut bisa dicabut pada akhir tahun atau awal 2025. Ini pertanda kebijakan tersebut akan diubah di bawah pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo. menjadi efektif.
Di sisi lain, pemerintah menegaskan aturan pembatasan impor tidak dimaksudkan untuk membebani perusahaan, melainkan untuk mendorong berkembangnya industri lokal dan mengurangi impor yang semakin meningkat.
Bank Dunia terus mengkritik langkah proteksionisme di era Presiden Jokowi. Organisasi yang menyuarakan suara para pendukung liberalisasi perdagangan ini mengatakan bahwa langkah-langkah proteksionis telah menutup akses Indonesia terhadap rantai pasokan global dan menghambat sektor manufaktur. Namun sejauh ini, Jokowi dan penggantinya, Prabowo, akan terus melanjutkan pendekatan restriktif tersebut. Prabowo mengatakan, seluruh ponsel yang dijual di Indonesia harus diproduksi dalam negeri.
Bloomberg mengatakan langkah tersebut dipandang berisiko mengingat sektor manufaktur Indonesia telah menyusut dari 21,1% menjadi 18,7% PDB sejak Jokowi menjabat pada tahun 2014. Namun, jika investor semakin enggan berinvestasi di Indonesia, perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan mungkin akan terjadi.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel