Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat nilai penerbitan surat utang sektor multifinance mencapai Rp 13,24 triliun pada semester I 2024. 

Jumlah ini sangat tinggi dibandingkan industri lain seperti kertas dan kertas yang mencapai Rp12,75 triliun dan Lembaga Keuangan Khusus yang mencapai Rp7,68 triliun. 

Namun, penerbitan surat utang multi mata uang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni mencapai 12,35%.

Pada Rabu (24/7/2024), analis pendapatan tetap Pefindo Ahmad Nasrudin kepada Bisnis, “Total penerbitan surat utang multi mata uang pada semester I/2023 mencapai Rp 15,11 miliar). 

Ahmad mengatakan, ada dua faktor utama yang menyebabkan penurunan penerbitan surat utang multi mata uang pada semester I 2024. Yang pertama adalah kenaikan suku bunga pada Oktober 2023 hingga Juni 2024, dimana Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga. minat . . double rate, masing-masing 25 basis poin (bps). 

Ahmad melanjutkan, kenaikan suku bunga berdampak pada pembiayaan banyak dana, termasuk peningkatan biaya pembiayaan. Pada saat yang sama, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kupon yang harus dibayar penerbit. Di sisi lain, investor juga menuntut premi yang lebih tinggi karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan keuntungan finansial banyak perusahaan keuangan.

Menurut Ahmad, kenaikan suku bunga juga berdampak pada melemahnya permintaan banyak jasa keuangan. Hal ini karena suku bunga yang lebih tinggi membuat pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga mendorong rumah tangga dan dunia usaha yang sebelumnya bergantung pada pembiayaan dari lembaga keuangan untuk menunda pembelian.

“Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa ketika suku bunga tinggi, pembiayaan sebagian besar mata uang melalui wesel juga rendah. Mereka dapat menggalang lebih banyak pembiayaan melalui modal dalam negeri,” kata Ahmad. 

Ahmad menambahkan, banyak perusahaan keuangan yang menerbitkan surat utang jangka pendek sehingga ketika jatuh tempo dalam waktu dekat, perusahaan dapat membiayai lebih murah ketika suku bunga mulai diturunkan oleh bank sentral. 

“Strategi ini biasanya digunakan ketika suku bunga sedang tinggi seperti sekarang,” imbuhnya. 

Pefindo juga mencatat, pada semester I 2024, nilai jatuh tempo surat utang banyak lembaga keuangan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menyebabkan kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan surat utang baru semakin berkurang. 

Jumlah jatuh tempo surat utang multi mata uang akan mencapai Rp 26,29 triliun pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, yang terendah adalah Rp 4,26 pada paruh pertama tahun 2024. 

Karena situasi tersebut, pasokan perusahaan keuangan pada periode ini juga relatif stabil, kata Ahmad. 

Padahal, menurut catatan Pefindo, tidak ada perusahaan keuangan yang menerbitkan surat utang pada kuartal I 2024.

Pefindo menyoroti perlambatan pertumbuhan pembiayaan. Tren pertumbuhan pembiayaan multi mata uang juga cenderung menurun dibandingkan akhir tahun lalu karena lemahnya permintaan. Hal ini juga turut berkontribusi dalam mengurangi kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan surat utang.  

Meski masih di atas dua digit, pertumbuhan sebagian besar jasa keuangan hanya sebesar 10,8% year on year (year on year/year) pada April 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yakni 12,2% year on Maret 2024. . Total dana yang beredar mencapai Rp 486,35 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA