Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra Internasional Tbk. (ASII) mempunyai kontribusi asing terbesar pada bisnis manufaktur dan alat berat pada periode I/2024.

CEO Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan penurunan pendapatan dan laba perseroan mencerminkan menurunnya aktivitas alat berat serta pertambangan dan penggalian akibat rendahnya harga batu bara.

“Kontribusi besar dari bisnis jasa keuangan, bisnis agribisnis, serta infrastruktur dan logistik,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip Rabu (31/7/2024) ini.

Melihat laporan kinerja ASII, sektor otomotif membukukan laba sebesar Rp5,53 triliun atau turun 3% year-on-year (YoY) dibandingkan Rp5,69 triliun pada akhir Juni 2023. Produk otomotif Astra sebagian besar adalah serupa. Seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu dan Lexus.

Saat ini ASII sektor alat berat dan pertambangan yaitu PT United Tractors Tbk. (UNTR) laba pemilik induk perusahaan turun 15% secara tahunan menjadi Rp 5,84 triliun pada 6 bulan pertama tahun 2024, dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 6,88 triliun.

Namun, masih ada dukungan terhadap usaha patungan yang ditawarkan oleh banyak lini bisnis lain yang telah mendaftarkan insentif. Misalnya saja laba bisnis keuangan Astra Financial yang meningkat 8% secara tahunan menjadi Rp 4,11 miliar dibandingkan periode 2023 sebesar Rp 3,82 miliar.

Selain itu, laba sektor infrastruktur dan logistik sebesar Rp620 miliar atau meningkat 24% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp502 miliar, diikuti dengan kenaikan sebesar 36% menjadi Rp399 miliar dibandingkan I/2023. semester sebesar Rp 293 miliar.

Tak lupa, laba bisnis real estate Astra juga meningkat sebesar 38% year-on-year menjadi Rp 94 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 68 miliar. Sementara itu, bisnis IT tumbuh sebesar 24% setahun menjadi Rp 63 miliar dibandingkan laba periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 51 miliar.

Alhasil, laba bersih ASII turun 9,12% YoY menjadi Rp 15,85 triliun pada semester I 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 17,44 triliun. 

Laba bersih Grup Astra, di luar penyesuaian standar investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp 16,7 triliun, turun 4% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Turunnya laba ASII seiring dengan laba perseroan yang anjlok 1,49% menjadi Rp159,96 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp162,39 triliun.

“Meskipun ada tantangan-tantangan ini, dengan bisnis yang berbeda, kelompok ini memperkirakan bahwa pekerjaan untuk sisa tahun ini akan kuat,” katanya.

Penafian: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel