Bisnis.com, Jakarta — Pembiayaan sektor infrastruktur yang dilakukan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) menunjukkan penurunan signifikan pada Juni 2024.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip Senin (2/9/2024), pembiayaan infrastruktur yang dilakukan IKNB khususnya lembaga keuangan khusus (LKK) mengalami penurunan sebesar 12,61% year-on-year (year-on-year). -tahun). y/y), sebesar Rp 88,94 triliun. Jumlah tersebut turun dibandingkan pada Juni 2023 sebesar Rp101,78 triliun.
Terjadi penurunan tajam pembiayaan infrastruktur yang dilakukan IKNB melalui Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (PPI) yang revisi 88,98% yoy menjadi hanya Rp11,21 triliun pada Juni 2024 dibandingkan Rp101,78 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Secara keseluruhan, pembiayaan infrastruktur dari dua divisi IKNB direvisi naik 50,79% yoy pada Juni 2024, dengan total pembiayaan mencapai sedikit di atas Rp100,16 triliun.
Penurunan tajam tersebut salah satunya disebabkan oleh perubahan divisi PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Mulai September 2023, SMI masuk dalam kategori LKK yang sebelumnya berada dalam kategori PPI. Perubahan ini menyebabkan penurunan tajam pembiayaan infrastruktur yang dihimpun PPI menjadi Rp10,79 triliun pada September 2023 dibandingkan Rp101,65 triliun pada Juli 2023.
Guru Besar Fakultas Teknik sekaligus Direktur Center for Sustainable Infrastructure Development (CSID) Universitas Indonesia, Mohamed Ali Berawai menilai penurunan pendanaan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perubahan struktur dan metode pembiayaan lembaga keuangan.
“Peralihan dari pinjaman langsung ke instrumen alternatif seperti obligasi atau kerja sama pemerintah-swasta dapat menurunkan jumlah piutang yang tercatat,” kata Ali, Senin (2/9/2024).
Selain itu, Ali menambahkan, gangguan terhadap proyek infrastruktur seperti penundaan atau pembatalan proyek juga mengurangi kebutuhan pinjaman langsung dari lembaga pembiayaan non-bank. Faktor lainnya adalah manajemen risiko yang ketat, yang mempengaruhi keputusan lembaga keuangan dalam memberikan pinjaman sehingga mengurangi jumlah piutang yang tercatat.
Data OJK juga menunjukkan penurunan aset perusahaan keuangan INKB selama setahun terakhir “Mulai September 2023, berkurangnya keterlibatan lembaga pendanaan IKNB kemungkinan besar disebabkan oleh sikap wait and see para pelaku usaha yang lazim terjadi pada tahun-tahun politik. Hal ini berdampak pada besaran pendanaan terhadap total aset dan proyek infrastruktur,” jelas Ali.
Untuk mengatasi kelemahan sektor IKNB dalam pembiayaan infrastruktur, Ali menyarankan optimalisasi melalui pendekatan strategis yang komprehensif. “Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) dapat menyatukan sumber daya dan keahlian sektor swasta dan publik untuk membiayai dan mengelola proyek infrastruktur secara efisien. Inovasi pada instrumen keuangan seperti infrastruktur obligasi dan sukuk juga dapat meningkatkan akses terhadap permodalan,” tutupnya. .
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel