Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bank digital seperti Superbank dan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC mendapat suntikan dana dari pemegang sahamnya untuk memperkuat permodalan tahun ini. Sementara itu, bagaimana posisi permodalan bank digital selama ini?

Bank digital milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yakni Superbank misalnya mendapat tambahan investasi Rp 1,2 triliun dari pemegang sahamnya yakni Grab, Singtel, dan KakaoBank. 

“Kami mendapat suntikan total Rp 1,2 triliun karena pemegang saham ingin memberi kami kepercayaan lebih,” kata CFO Superbank Melissa Hendrawati saat kunjungan media, Kamis (7/11/2024) di Wisma Bisnis Indonesia. 

Tambahan modal dari pemegang saham juga mengikuti jejak Superbank yang berinvestasi besar-besaran di bidang infrastruktur, sumber daya manusia, dan sistem. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan produk keuangan yang mudah, cepat, aman dan terpercaya bagi nasabah.

Terpisah, bank digital emiten BBYB memperdalam kantong modalnya melalui Aksi Korporasi Peningkatan Modal Hak Preferensi (PMHMETD) VII berupa right issue sebanyak 1,31 miliar saham.

Sedangkan harga right issue kali ini Rp300 per saham sehingga totalnya Rp393,5 miliar. Rights issue tersebut akan berlangsung pada 16 Juli 2024 – 22 Juli 2024.

“Kami yakin aksi korporasi right issue ini akan memberikan dampak strategis bagi perseroan untuk mendukung peningkatan kinerja yang lebih optimal,” kata Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo.

Pemegang saham BBYB yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia akan menggunakan seluruh haknya dan membeli seluruh sisa saham baru yang tidak diperoleh pemegang saham lain secara tunai di atas harga pasar saat ini. 

Selain itu, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) atau Bank Saqu juga mendapat suntikan modal dari pemegang sahamnya PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial sebesar Rp 444,81 miliar.

Berdasarkan keterbukaan, ASII mengumumkan telah terjadi transaksi kemitraan antara anak usahanya yakni SMI dengan BJJ pada 27 Juni 2024. Objek transaksinya adalah 130.586 lembar saham baru BJJ dengan nilai per saham 3.406. Rp 31 yang dibukukan SMI.

Manajemen ASII menjelaskan, transaksi kemitraan tersebut dilakukan untuk memberikan dukungan finansial kepada BJJ yang akan digunakan BJJ untuk keperluan usaha secara umum. “Bagi SMI, pelaksanaan transaksi dapat memberikan keuntungan finansial berupa dividen atau imbal hasil investasi pada BJJ,” tulis ASII dalam keterbukaan informasi pekan lalu (01/07/2024). Kondisi permodalan bank digital

Seiring dengan suntikan modal dari pemegang sahamnya, bank digital ini juga menetapkan persyaratan permodalan yang ketat meski memiliki modal inti yang kecil. Rata-rata bank digital masuk dalam kategori Bank Modal Dasar (KBMI) I dan II.

Salah satu bank digital, PT Bank Jago Tbk. (ARTO misalnya, modal terdaftar Rp 6,7 triliun pada Maret 2024 atau masuk kategori KBMI II. 

PT Allo Bank Tbk. (BBHI) memiliki modal inti Rp 6,79 triliun per Maret 2024 dan masuk dalam kategori KBMI II. 

Bank digital besutan Astra, Bank Saqu, memiliki modal inti Rp 6,54 triliun dan masuk dalam KBMI II. Sedangkan Superbank masuk dalam KBMI I dengan modal terdaftar Rp 4,95 triliun. BNC kemudian memiliki modal terdaftar sebesar Rp3,41 triliun dan tergabung dalam KBMI I.

Namun bank digital rata-rata memiliki rasio kecukupan modal (CAR) yang kuat. Superbank misalnya, mencatatkan CAR sebesar 178,4% per Maret 2024, jauh di atas rata-rata industri sebesar 25%. 

Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan, permodalan bank tersebut sangat kuat sehingga mampu menjaga likuiditas. “Seluruh pinjaman [kredit] ini didanai oleh ekuitas. “Jadi titipan tidak mendanai pinjaman,” ujarnya. 

Superbank memang memiliki rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) sebesar 515,13% per Maret 2024. Namun likuiditas bank tetap terkendali karena permodalan yang kuat.

Sama seperti Superbank, Bank Jago juga memiliki permodalan yang kuat dengan CAR sebesar 55,02% per Maret 2024. Alhasil, ketatnya likuiditas mengingat LDR Bank Jago sebesar 108,5% masih terkendali.

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tanjung mengatakan posisi likuiditas Bank Jago saat ini masih aman. “Itu tidak lepas dari modal kita yang tinggi,” ujarnya beberapa waktu lalu saat memberikan paparan publik.

Bank digital lain seperti Allo Bank juga memiliki permodalan yang kuat dengan CAR sebesar 88,24% per Maret 2024. Kemudian BBYB memiliki CAR sebesar 31,95% per Maret 2024. Bahkan, Bank Saqu telah mengubah CAR per Maret 2024 hingga +143,3 %.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel