Bisnis.com, Jakarta – Dewan Energi Nasional (DEN) menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan (EBT) dari 70% menjadi 72% pada tahun 2060. 

Tujuan tersebut tertuang dalam revisi kebijakan pemerintah Republik Indonesia, Kebijakan Energi Nasional (KEN) Nomor 79 Tahun 2014.

“Dalam rancangan piagam pemerintah [RPP], KEN bertujuan untuk mencapai nol emisi pada tahun 2035 dan nol emisi bersih pada tahun 2060, dengan target pencampuran EBT sebesar 70% hingga 72% pada tahun 2060,” kata Arifin Tasrif, Presiden Harian DEN. Sesi sedang berjalan. (Rucker) vs Komisi 7 Senin (8/7/2024).

Sedangkan bauran EBT pada PP KEN lama ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. 

Dengan adanya revisi PP KEN, pemerintah juga akan memasukkan nuklir sebagai sumber energi utama dalam bauran energi bersih. Pada saat yang sama, proporsi batubara dan bahan bakar akan berkurang secara bertahap. 

Namun, Arifin mengatakan bauran EBT pada akhir tahun 2023 masih kurang baik. Pemerintah masih menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025, ujarnya. 

“Pada tahun 2023, bauran EBT tercatat sebesar 13,1% dari target 17,87%,” ujarnya. 

Sebelumnya, Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mengungkapkan, total kebutuhan untuk implementasi rencana adopsi pembangkit berbasis energi hijau pada tahun 2024 hingga 2040 mencapai USD 157 miliar atau Rp 2464,11 triliun (pervot rate Rp 15695).

Rencananya Total Rencana Ketenagalistrikan 2040 atau RKUN 2024-2060 mencapai 80 GW. 

Sementara itu, dalam revisi Rencana Tata Niaga Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033, terdapat rencana penambahan pembangkit EBT sebesar 62 GW. Sektor ini menyumbang 75% dari penambahan pembangkit listrik baru, dan 25% sisanya berasal dari pembangkit listrik tenaga gas alam. 

Ada juga gas alam, air, dan panas bumi saja, kata Direktur Utama PLN Dharmawan Prasudjo dalam acara PLN Investment Day 2024 di Jakarta, Rabu (6/3/2024). 

Dharmavan mengatakan kebutuhan investasi skala besar memerlukan partisipasi pihak swasta. Sekitar 60 persen dari rencana tersebut akan dialokasikan ke sektor swasta, kata Dharmavan.  

“Hanya sekitar 40% PLN, itupun sebagian dari PLN, yang masih bisa bekerja sama dengan swasta,” kata Dharmavan. 

Berdasarkan data perencanaan PLN, sekitar 30,9 GW pembangkit listrik EBT pendukung super-hijau akan dibangun di lahan seluas kurang lebih 18.537 km.  

Saat ini EBT non permanen sekitar 27,7 GW dengan kapasitas baru 2,4 GW. 

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Saluran WA