Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong kontraktor migas nasional untuk menambah aset migas di luar negeri guna menambah cadangan migas nasional. 

Arahan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong ketahanan energi, kata Sora Lukita, Asisten Deputi Penetapan Kawasan Laut dan Kawasan Perbatasan Kementerian Koordinasi Kemaritiman dan Investasi RI.

“Kami melakukan banyak proyek G-to-G [pemerintah-ke-pemerintah] untuk mendapatkan sumber daya di luar negeri,” kata seorang pria yang diidentifikasi sebagai Oki dalam diskusi kelompok fokus bisnis (FGD) di Indonesia. Menarik investor hulu migas untuk nasional. Ketahanan energi, Senin (23/9/2024). 

Ia mengatakan, saat ini upaya perluasan eksplorasi migas ke luar negeri hanya dilakukan oleh BUMN, PT Pertamina (Persero). Oki melihat upaya tersebut masih bisa ditingkatkan, meski ragu dengan dampak hukumnya. 

Dalam konteks BUMN sebagai pionir di bidang hulu migas, Oki mengatakan perlu adanya regulasi khusus agar BUMN tidak lagi ragu menjadi pemain global tanpa takut terlibat dalam aspek hukum dalam negeri. Dengan begitu, cadangan migas nasional bisa ditingkatkan. 

“Pertamina” ingin mencoba mencari ladang baru di luar negeri. Banyak kekhawatiran, misalnya kita ingin berinvestasi di negara lain, ada akibat hukumnya atau tidak. Ini yang menjadi perhatian para pemegang saham BUMN. Mereka takut jika ingin menjadi aktor global.” 

Sekadar informasi, potensi terbukti migas dalam negeri dan cadangan minyak saat ini sebesar 2,41 miliar barel dan baru bisa dipertahankan hingga 11 tahun ke depan, sedangkan gas sebesar 35,3 triliun kaki kubik hingga 15 tahun ke depan.

Di sisi lain, pemerintah merumuskan sejumlah langkah strategis untuk menarik investasi di sektor atas dalam negeri. Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan memiliki tiga pilar utama penyediaan energi. 

Selain optimalisasi migas, Oki menekankan pentingnya pemanfaatan energi hijau, khususnya pengembangan biofuel dan pemanfaatan rantai pasok dalam negeri serta kandungan lokal. 

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa lingkungan bisnis migas di Indonesia perlu diperbaiki seiring dengan masih lambatnya produksi dan peningkatan produksi.

Produksi minyak Indonesia telah menurun secara signifikan sejak tahun 2015, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. Realisasi produksi minyak pada tahun itu tercatat 779.000 barel per hari (bph). Meskipun mencapai 829.000 barel per hari pada tahun 2016, angka ini terus menurun hingga 605.400 barel per hari pada tahun 2023. 

Hal ini juga terlihat pada debit gas yang mengalami penurunan dari 1,202 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada tahun 2015 menjadi 960.000 barel per hari pada tahun 2023.

Lanjutnya, “Jika keadaan kita tidak segera membaik, maka situasi cadangan migas kita pasti akan sangat berbahaya di masa depan, oleh karena itu kita sudah mulai menerapkan istilah ini setidaknya tahun lalu.” Oki berkata: Bagaimana investigasi terhadap lingkungan investasi migas di Indonesia?

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel