Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Keputusan Presiden No. 132 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Dana Perkebunan (Perpres) membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan.
Peraturan yang ditandatangani pada 18 Oktober oleh Joko Widodo (Jokowi), presiden ketujuh Republik Indonesia, mewajibkan perkebunan dan hasil perkebunan yang diatur oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan mencakup kelapa sawit, kakao, dan kelapa.
Pada Pasal 20 Ayat 1, Badan Pengelola Dana dibentuk oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Keputusan yang disampaikan pada Rabu (23 Oktober 2024) itu menyebutkan, “menteri yang menyelenggarakan urusan negara di bidang keuangan negara akan membentuk Badan Pengelola Dana di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan negara di bidang keuangan negara”. . .
Secara khusus Badan Pengelola Dana Perkebunan dibentuk untuk menghimpun, menatausahakan, mengelola, menyimpan dan menyalurkan dana.
Dana berasal dari pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, kakao, dan kelapa; hal ini termasuk pajak dan bea ekspor hasil perkebunan dan/atau turunannya.
Ayat 1 Pasal 11 menjelaskan bahwa dana yang terkumpul akan digunakan untuk pengembangan sumber daya manusia perkebunan, penelitian dan pengembangan perkebunan, promosi perkebunan, peremajaan perkebunan, sarana dan prasarana perkebunan.
“Penggunaan dana yang dikumpulkan untuk tujuan ini mencakup pengadaan pangan, bahan bakar nabati, dan produk perkebunan untuk memenuhi kebutuhan industri sub-perkebunan,” demikian isi dokumen tersebut.
Lantas, bagaimana nasib Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)?
Pasal 33 Keputusan Presiden No. 132 Tahun 2024 menyatakan bahwa pada saat Keputusan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 105) berbunyi sebagai berikut: Beberapa Peraturan Presiden Nomor. 66 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2015 yang telah beberapa kali diubah, dibatalkan (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 2018, No. 134). dan dinyatakan tidak sah.
Namun dalam Pasal 31 Perpres tersebut disebutkan bahwa BDPPKS tetap menjalankan tugasnya sampai menteri yang menyelenggarakan urusan negara di bidang keuangan negara membentuk badan pengelola dana tersebut.
Penetapan susunan Badan Pengelola Dana Perkebunan akan dilakukan paling lambat tiga bulan setelah ditetapkannya Keputusan Presiden ini pada 18 Oktober 2024.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan saat itu Zulkifli Hasan membahas soal Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan.
Pengelolaan dana perkebunan yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi kelapa sawit. Pemerintah berencana memperluas pengelolaan dana perkebunan ke tanaman lain seperti kakao dan kelapa.
Kebijakan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi tidak hanya kelapa sawit tetapi juga sektor perkebunan.
“Makanya kemarin kita ubah BPDPKS menjadi BPDP. Menyenangkan untuk perkebunan, termasuk kakao, kelapa, dan karet,” ujarnya di kantor koordinasi Kementerian Perekonomian, Kamis (25/7/2025).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel