Bisnis.com, Jakarta — Menteri Energi dan Mineral Arifin Tasrif mengatakan pemerintah siap menerapkan program biodiesel B40 tahun depan, yaitu campuran solar dengan bahan bakar nabati (BBN) berbahan dasar minyak sawit 40%.
“Iya [tahun depan] mudah-mudahan awal tahun,” kata Arifin, Jumat (12/7/2024) saat berkunjung ke Kementerian ESDM di Jakarta.
Arifin mengatakan Kementerian siap dari segi teknis, pasokan, dan pembiayaan untuk melaksanakan program pencampuran bahan bakar solar.
“Kita siap, uji coba sudah siap, teknologi sudah siap, perbekalan sudah siap, pendanaan sudah siap, tinggal mulai,” ujarnya.
Kementerian ESDM memperkirakan cadangan minimum minyak sawit mentah untuk mendukung program Biodiesel B40 sekitar 17,57 juta kiloliter.
Perhitungan tersebut didasarkan pada asumsi kebutuhan solar sebesar 38,04 juta kiloliter pada tahun 2024.
Sedangkan dengan asumsi rata-rata pertumbuhan PDB sebesar 5%, penyaluran B40 membutuhkan stok CPO dalam negeri sekitar 17,57 juta kiloliter atau sekitar 15,29 juta ton CPO.
Sebelumnya, BPDPKS memperkirakan kebutuhan dana insentif biodiesel B35 pada tahun ini mencapai Rp 28,5 triliun.
Perkiraan tersebut meningkat 55,56% dari realisasi alokasi insentif program bauran solar yang sebesar 35% dari BBN berbasis kelapa sawit tahun lalu sebesar Rp 18,32 triliun. Saat itu, Badan Pengelola Dana Sawit mengumpulkan pendapatan ekspor sebesar Rp32,29 triliun.
Target pendapatan ekspor [PE] tahun 2024 sebesar Rp 27,3 triliun dan perkiraan kebutuhan dana insentif biodiesel pada tahun 2024 sebesar Rp 28,5 triliun, kata Kepala Divisi Korporasi BPDPKS Ahmad Malizal Sutaweja saat dihubungi, Minggu (28/4/2024).
Sedangkan pembayaran insentif biodiesel mencapai Rp1,39 triliun pada kuartal I 2024.
Perkiraan kebutuhan utama dana insentif biodiesel B35 adalah selisih rata-rata harga indeks pasar (HIP) biodiesel jenis BBN dengan HIP solar akibat penyebarannya yang luas.
BPDPKS memperkirakan rata-rata selisih HIP biodiesel dan HIP solar sebesar Rp 2.516 per liter. Perhitungan tersebut belum termasuk biaya transportasi dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Faktor yang mempengaruhi antara lain harga minyak dunia dan harga ekspor CPO, jelasnya.
Seperti diketahui, selisih harga biodiesel dan solar pada Januari, Februari, dan Maret 2023 masing-masing sebesar Rp715 per liter, Rp471 per liter, dan Rp1.626 per liter.
Sedangkan selisih harga kedua produk pada periode yang sama tahun ini adalah Rp1.382 per liter, Rp1.724 per liter, dan Rp1.251 per liter.
Sementara realisasi volume penyaluran biodiesel B35 pada triwulan I 2024 mencapai 2,86 juta kiloliter atau 21,37 persen dari kuota saat ini sebesar 13,41 juta kiloliter.
Sedangkan penyaluran biodiesel B35 sebanyak 2,55 juta kiloliter pada periode yang sama tahun lalu.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel