Bisnis.com, JAKARTA – Pembagian dividen emiten Grup Salim di industri konsumen, khususnya PT PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), muncul sebagai pemanis tren koreksi kedua saham tersebut.

Pekan lalu, INDF dan ICBP sepakat membagikan dividen senilai Rp 2,3 triliun pada Rapat Umum Tahunan (RUPST). Untuk INDF, nilai per bagi-bagi Rp 267 dan ICBP Rp 200 per saham.

Maximilianus Nico Demus, Wakil Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan ICBP memiliki imbal hasil sebesar 1,94% year-to-date, sedangkan INDF mencatatkan imbal hasil sebesar 4,54%.

Dividen adalah sejumlah keuntungan yang dihasilkan dari investasi pada saham suatu perusahaan. Rasio ini biasanya dicapai dengan membagi modal yang dibeli dengan satu lembar saham dengan jumlah dividen per saham yang diterima investor dari saham yang sama.

Menurut Nico, pembagian dividen sebagai pemanis karena kedua emiten milik Anthoni Salim itu tengah menghadapi ketidakpastian finansial dan menurunnya daya beli konsumen.

“Saat situasi dan kondisi tidak menentu, dividen menjadi pemanis untuk mendorong pelaku pasar dan investor kembali,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7 September 2024).

Selain itu, kedua saham tersebut juga mengalami koreksi year-to-date (YtD). Pada perdagangan Senin (7 Januari), INDF berada di level Rp 6.100 dan ICBP flat di level Rp 10.300. Mahar ini mencerminkan INDF yang terkoreksi 5,43%, sedangkan ICBP turun 2,60%.

Nico mengatakan meski kedua saham tersebut saat ini terkoreksi, INDF dan ICBP tetap menjadi saham dengan prospek positif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pasalnya, kedua saham tersebut cenderung defensif terhadap volatilitas.

Di sisi lain, INDF dan ICBP diuntungkan dengan ketergantungan konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, ketahanan kedua emiten ini teruji meski daya beli dan konsumsi cenderung terbatas akibat kenaikan suku bunga.

Nico menyimpulkan: “Meski volatilitasnya rendah, kami yakin fundamental INDF dan ICBP akan tetap bullish hingga akhir tahun, dengan target harga saham INDF Rp 7.600 dan ICBP 13.100”.

Dihubungi secara eksklusif, Senior Investment Information Mirae Asset Sekurita Nafan Aji Gusta mengatakan investor dapat memanfaatkan momentum sideways pada saham INDF dan ICBP untuk mengakumulasi pembelian.

Ia juga berkomentar, dari segi valuasi, saham INDF dan ICBP masih tergolong murah karena rasio price to earnings (PE) yang menarik kurang dari 15 kali lipat. Berdasarkan RTI, INDF memiliki rasio PE sebesar 5,47 kali dan ICBP 12,77 kali.

“INDF dan ICBP memiliki rasio PE yang menarik. Apalagi kedua saham ini juga secara teknis sangat menarik sehingga bisa digunakan untuk membeli secara kumulatif baik dalam jangka pendek maupun menengah,” ujarnya.

 

Laporan keuangan dari ICBP dan INDF 

Secara fundamental, kinerja penjualan INDF dan ICBP diperkirakan akan meningkat hingga kuartal I-2024. INDF membukukan pendapatan sebesar Rp30,79 triliun atau meningkat secara year-on-year sebesar 0,81% (YOY), sedangkan pendapatan ICBP meningkat sebesar 4,07% menjadi Rp 19,9 triliun.

Bagi INDF, produk konsumer branded menyumbang hasil penjualan sebesar Rp 19,55 triliun, produk Bogasari mencapai Rp 8,33 triliun, segmen Agribisnis menyumbang Rp 3,72 triliun.

Sementara pendapatan ICBP masih ditopang oleh produk mie instan dengan penjualan Rp 14,67 triliun. Di sisi lain, segmen produk susu menyumbang Rp2,76 triliun, makanan ringan menyumbang Rp1,16 triliun, dan penyedap makanan menyumbang Rp1,3 triliun.

Setelah memperoleh pendapatan dan beban lain-lain, INDF pada periode berjalan telah meraih laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,44 triliun. Sedangkan ICBP mengumpulkan keuntungan senilai Rp 2,35 triliun.

Analis OCBC Sekuritas William Siregar dalam risetnya mengatakan fundamental INDF masih cukup solid karena didukung oleh produk-produk branded, khususnya ICBP, yang menyumbang sekitar 63% terhadap perkiraan pendapatan pada tahun 2024 penuh.

Selain itu, prospek Bogasari juga sangat menjanjikan. OCBC Sekuritas memperkirakan kinerja Bogasari pada kuartal II-2024 akan meningkat signifikan seiring dengan kenaikan harga gandum sekitar 22% secara bulanan pada April-Mei 2024.

“Hal ini diharapkan dapat meningkatkan harga jual rata-rata [ASP] yang tercermin dari peningkatan pendapatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi sekitar 20% terhadap pendapatan,” ujarnya sepanjang tahun 2024.

Anthoni Salim, Chairman dan CEO INDF, mengatakan perusahaan telah mencapai hasil positif di tengah tantangan global yang sedang berlangsung. Hal ini tercermin dari peningkatan laba operasional sebesar 29% year-on-year menjadi Rp 6,42 triliun.

Pada saat yang sama, ICBP juga mencatatkan peningkatan laba usaha sebesar 23% year-on-year menjadi Rp 4,92 triliun pada kuartal I 2024, atau dari posisi sebelumnya sebesar Rp 3,99 triliun. Margin keuntungan meningkat dari 20,9% menjadi 24,7%.

“Ke depan, kami akan tetap mewaspadai ketidakpastian dan terus menjaga posisi neraca yang kuat serta keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas,” kata Anthoni.

————————–

Disclaimer: berita ini tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel