Bisnis.com, Jakarta – Pemberian status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kepada Bumi Serpong Damai (BSD) berpotensi berdampak signifikan terhadap saham emiten properti PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE).
Keputusan KEK BSD ini dibenarkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia memastikan, sektor tersebut tidak akan terkait dengan real estate melainkan fokus pada sektor pendidikan, kesehatan, dan teknologi.
Kabar berdirinya KEK BSD langsung mendapat respon dari pasar. Hal itu tercermin dari harga saham BSDE yang menguat 1,06% menjadi Rp950 pada penutupan Kamis (30 Mei 2024). Namun harga tersebut masih turun 12,04% year-to-date (YtD).
Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan status KEK memiliki potensi besar untuk meningkatkan daya tarik BSD sebagai lokasi investasi unggulan, khususnya di sektor pendidikan, kesehatan, teknologi, dan pendukung lainnya.
“Kepemilikan KEK seringkali disertai dengan investasi besar pada infrastruktur dan fasilitas umum, yang secara signifikan meningkatkan nilai properti di kawasan tersebut. Ini merupakan keuntungan strategis bagi BSDE,” kata Hendra kepada Majalah Bisnis.
Selain itu, KEK menawarkan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal seperti keringanan pajak dan penyederhanaan perizinan. Menjadi daya tarik tersendiri bagi investor dan warga. Hal ini juga berpeluang meningkatkan pendapatan dan margin BSDE.
Meski secara umum saham-saham properti masih melemah, Hendra mengatakan pembentukan KEK BSD bisa menjadi katalis perubahan sentimen pasar.
“Dengan potensi pertumbuhan pendapatan dan margin, saham BSDE berpeluang naik signifikan,” tutupnya.
Pada dasarnya BSDE menunjukkan kinerja yang kuat dan patut mendapat perhatian. Dilihat dari margin laba bersih pada kuartal terakhir, BSDE mencatatkan angka impresif sebesar 38,07%. Jauh melebihi rata-rata industri dan sektor yang hanya 18,99%.
Hendra mengatakan, pencapaian ini menunjukkan efisiensi operasional dan profitabilitas yang sangat baik dibandingkan kompetitor, seperti CTRA yang meraih margin laba bersih sebesar 20,87% dan SMRA yang meraih 20,69%.
“Selanjutnya, rasio utang BSDE berada pada tingkat yang cukup sehat yaitu sebesar 32%.” Meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri dan sektor sebesar 29%, angka tersebut masih dalam batas wajar dan jauh dari ambang batas kritis sebesar 100%.
Dari segi valuasi, rasio harga terhadap pendapatan BSDE diperkirakan sebesar 3,48 kali, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri dan sektor sebesar 11,06 kali.
“Hal ini menunjukkan valuasi BSDE saat ini cukup rendah sehingga undervalued,” ujarnya. “Situasi ini memberikan peluang investasi yang menarik dan menunjukkan bahwa saham BSDE masih memiliki potensi kenaikan yang signifikan.”
Hendra memiliki rekomendasi beli BSDE yang spekulatif pada kisaran harga 930-940 poin.
Selain itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Vicky Rosalinda juga menilai pembentukan KEK dapat memberikan dampak positif bagi BSDE. Status ini akan meningkatkan daya tarik properti di kawasan BSD sehingga memberikan manfaat jangka panjang.
“BSDE tergolong undervalued dari segi valuasi, sehingga kami merekomendasikan beli saat turun dengan target harga 995,” kata Rosalinda.
Secara teknikal, William Hartanto, pengamat pasar modal sekaligus pendiri WH-Project, mengatakan tren BSDE berada dalam tahap bearish dan kembali pullback setelah gagal menembus resistance 975. Disarankan untuk wait and see dan mungkin jatuh ke 870.
____________
Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya terserah pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel