Bisnis.com, JAKARTA – Defisit perdagangan AS terpantau meningkat hingga tertinggi pada Juli 2024.
Melansir Bloomberg, Rabu (9/4/2024), defisit perdagangan ini terutama disebabkan oleh peningkatan impor, upaya perusahaan untuk menambah kecukupan pasokan menjelang kemungkinan mogok kerja pekerja pelabuhan.
Departemen Perdagangan AS mengatakan defisit perdagangan barang dan jasa naik 7,9 persen menjadi $78,8 miliar dari bulan sebelumnya, sejalan dengan ekspektasi rata-rata para ekonom dalam survei Bloomberg.
Nilai impor barang dan jasa naik 2,1 persen, tertinggi sejak Maret 2022, sedangkan ekspor hanya naik 0,5 persen.
Defisit pada bulan Juli 2024 menunjukkan bahwa perdagangan akan kembali memberikan tekanan pada PDB setelah mengalami penurunan terbesar sejak kuartal kedua tahun 2022.
Meningkatnya impor barang menunjukkan perusahaan-perusahaan AS sedang berjuang untuk menimbun pasokan menjelang kemungkinan penghentian pekerjaan oleh pekerja pelabuhan di pantai Timur dan Teluk pada akhir bulan ini.
Pengecer juga sedang dalam proses persediaan untuk musim belanja liburan. Hal ini menyebabkan peningkatan lalu lintas pelayaran ke pantai barat.
Pelabuhan Los Angeles dan Long Beach, yang menyumbang sekitar sepertiga impor peti kemas AS, mengalami bulan terkuat ketiga pada bulan Juli, hanya sedikit dibandingkan dengan puncak yang dicapai pada bulan Mei 2021.
Jika disesuaikan dengan inflasi, defisit perdagangan barang melebar menjadi $97,6 miliar pada Juli 2024, terbesar sejak Juni 2022.
Menjelang rilis data perdagangan bulan Juli, PIBNow Federal Reserve Bank of Atlanta memperkirakan perdagangan turun 0,35 poin persentase dari pertumbuhan pada kuartal ketiga.
Sementara itu, impor barang, yang mencapai level tertinggi sejak Juni 2022, bersifat luas dan mencakup pengiriman produk industri, barang manufaktur, dan barang konsumsi ke dalam negeri. Pada saat yang sama, nilai total ekspor terdampak oleh penurunan pengiriman kendaraan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.