Bisnis.com, JAKARTA – Potensi rebound pasar saham khususnya indeks LQ45 dan IDX30 pada semester II 2024 dibayangi oleh risiko global, terutama ketidakpastian perekonomian Amerika Serikat dan Eropa.
Direktur Utama Persada Investama Guntur Putra mengatakan potensi kebangkitan indeks saat ini masih bergantung pada data perekonomian dan perkembangan geopolitik.
“Jika situasinya membaik, maka akan terjadi pemulihan pada bulan Juni.” Sebaiknya kita asumsikan stabilisasi ekonomi global, penguatan mata uang rupiah, dan langkah stimulus dari pemerintah,” lapor Guntur Bisnis.com, Minggu (9/6/2024).
Guntur meyakini meskipun ada peluang untuk rebound, investor harus mewaspadai potensi risiko global seperti ketidakpastian perekonomian di AS dan Eropa.
Secara umum, ia menjelaskan kondisi saat ini masih bersifat variatif dalam jangka pendek, khususnya pada indeks LQ45 dan IDX30. Menurut dia, penyajian kedua indeks tersebut lebih mencerminkan kondisi pasar, terutama dari sisi likuiditas.
“Prospek jangka panjangnya masih cukup baik, meski dalam jangka pendek akan berubah,” lanjutnya.
Sementara itu, peluang rebound pada paruh kedua tahun ini sangat bergantung pada kondisi makroekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kebijakan Bank Indonesia yang akan menjadi indikator penting. Jika kondisi makroekonomi menunjukkan perbaikan, hal ini dapat menjadi katalis positif bagi pasar saham.
Faktor kedua adalah pengaruh perusahaan-perusahaan big cap dan blue chip yang tergabung dalam IDX30 dan LQ45. Secara keseluruhan, menurut Guntur, banyak saham di IDX30 dan LQ45 yang kemungkinan mengalami perbaikan dari sisi likuiditas dan pangsa pasar. Ada beberapa saham yang cukup menarik untuk dijadikan portofolio.
Beberapa saham di indeks LQ45 dan IDX30 yang masih patut diwaspadai dari segi valuasi, fundamental, dan potensi pertumbuhannya adalah BBCA, TLKM, ASII, BBRI, dan UNVR.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel