Bisnis.com, Jakarta – Penyedia pertambangan nikel PT PAM Mineral Tbk. (NICL) bidik pendapatan Rp 1,2 triliun dan laba bersih Rp 115 miliar pada 2024 seiring peningkatan produksi.

CEO NICL Herman mengatakan, perseroan menargetkan keuntungan sekitar Rp 1,2 triliun dan total laba Rp 115 miliar pada tahun 2024. Pada 2025-2026, pendapatan dan laba akan meningkat secara bertahap seiring dengan rencana peningkatan produksi nikel.

Pada tahun 2025, pendapatan diperkirakan mencapai Rp 1,40 triliun dengan laba sebesar Rp 121 miliar, dan pada tahun 2026, NICL memiliki pendapatan sebesar Rp 1,52 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 125,6 miliar.

“Kami berharap pendapatan dapat meningkat secara bertahap seiring dengan penjualan nikel perseroan,” jelasnya dalam paparan publik, Rabu (29/5/2024).

Sementara NICL membukukan penjualan sebesar Rp1,14 triliun pada tahun 2023, turun 0,69% year-on-year (yoy) dari Rp1,14 triliun pada tahun 2022. Selain itu, laba bersih tahun 2023 mencapai Rp27,13 miliar, turun dari tahun 2022 sebesar Rp150,21 miliar.

CEO NICL Rony Permadi Kusuma menambahkan, NICL Group menargetkan produksi 1,8 juta ton nikel per tahun berdasarkan RKAB yang telah disetujui selama 3 tahun 2024-2026.

Namun perseroan berencana memperbarui RKAB pada 2025-2026. Target produksi nikel NICL diperkirakan mencapai 2 juta-2,5 juta ton per tahun dari 1,8 juta ton per tahun pada 2025-2025.

“Dalam jangka panjang, kami berencana melakukan transformasi RKAB untuk memenuhi kebutuhan eksplorasi dan kehidupan pertambangan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Presiden NICL Rudy Tijanaka mengatakan NICL berencana meningkatkan produksi dan penjualan nikel seiring dengan pertumbuhan pasar.

Pada tahun 2024, NICL menetapkan denda atas penjualan nikel sebesar 2,59 juta WMT dan penilaian PAM Minerals 800.000 WMT dan dunia usaha sebesar 1,79 juta WMT.

NICL saat ini mengoperasikan dua tambang yakni PAM Mineral dengan 3,7 juta Wet Metric Ton (WMT) dan PT Indrabakti Mustika (IBM) dengan 9,42 juta WMT.

Luas pertambangan PAM Minerals menyumbang 24% dari total potensi IUP seluas 198 hektar (ha) di Kabupaten Morowali, sedangkan IBM baru menambang 11% dari potensi IUP seluas 576 hektar di Kabupaten Konawe.

Pada tahun 2023, NICL memproduksi 1,3%-1,65% Nikel terhadap Nikel menjadi 1,79 juta WMT, meningkat dari 1,49 juta WMT yang terjadi pada tahun 2022.

Rudy Tijanaka mengatakan PAM Minerals akan mengebor dua lubang untuk meningkatkan produksi nikel. Tujuannya untuk mengembangkan kekayaan perusahaan dan cadangan pertambangan.

NICL Group sendiri telah disetujui sebagai RKAB tiga tahun sebesar 5,39 juta WMT untuk periode 2024-2026. Oleh karena itu, pada 2025-2026, NICL dan anak usahanya menargetkan penjualan bijih nikel sebanyak 5,19 juta WMT.

“Kami terus melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan nikel yang stabil. Seiring berjalannya waktu, kami akan mengajukan amandemen dokumen FS dan AMDAL untuk meningkatkan produksi,” jelasnya.

Selain dua tambang yang sudah ada, NICL juga berencana meningkatkan operasinya dengan mengakuisisi PT Sambar Mineral Abadai (SMA). Potensi lahan IUP SMA seluas 1.948 hektar di Kabupaten Morrowali Utara.

Sementara itu, volatilitas harga nikel diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2024. NICL berharap pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang fleksibel dan berkelanjutan bagi pelaku usaha di industri nikel.

Namun, perusahaan meyakini potensi komersial akan tumbuh di tahun-tahun mendatang, terutama seiring dengan upaya transisi menuju energi ramah lingkungan melalui perubahan penggunaan kendaraan listrik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, lanjut Rudy Tjanaka.

NICL Group terus melakukan riset untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan produksi terutama dalam memenuhi RKAB Pemerintah dengan tetap menjaga profitabilitas ekonomi. Di sisi lain, NICL terus menerapkan langkah-langkah berkelanjutan pada isu-isu sosial untuk meningkatkan kinerja karyawan, pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat sekitar. (Fasya Kalak Muhammad)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel