Bisnis.com, JAKARTA – Kabar konsorsium China berencana membangun pabrik semen baru mulai membuat khawatir produsen semen. Hal ini dikhawatirkan tidak hanya melanggar aturan moratorium, tapi juga memperburuk pasokan semen di dalam negeri.

Kekhawatiran muncul setelah PT Kobexindo Cement, konsorsium Hongshi Holding Group asal China, menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Aceh Selatan untuk membangun pabrik semen baru. Perjanjian tersebut ditandatangani pada 18 Mei 2024 di Jakarta.

Pabrik baru ini memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 6 juta ton, dan biaya investasi diperkirakan mencapai 10 triliun dolar.

Rencana tersebut berisiko memperburuk situasi minyak semen. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memperkirakan kebutuhan semen dalam negeri akan mencapai 65,5 juta ton pada tahun 2023, dengan total produksi diperkirakan mencapai 119,9 juta ton. Artinya surplus semen mencapai 54,4 juta ton.

Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) Christian Kartawijaya mengatakan tidak perlu tambahan pasokan semen ke Aceh dan Sumatera. Sehingga kabar adanya pabrik baru di Aceh ibarat kilat di siang bolong.

“Penandatanganan nota tersebut merupakan kabar mengejutkan di tengah kelebihan pasokan semen di Indonesia dan janji pemerintah untuk melakukan moratorium izin pabrik semen baru,” kata Christian Business, Rabu 29/05/2024.

Bahkan, kata Christian, Indocement juga memasok kebutuhan semen Sumatera baik semen lepas maupun semen kantong. Hal itu dilakukan melalui investasi pada tiga terminal di Lampung, Palembang, dan terminal terapung di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Ia juga mengatakan, saat ini utilisasi pabrik 55-60 persen dari rata-rata industri. Untuk itu, kebijakan moratorium persetujuan pabrik semen baru diperlukan untuk menjamin kesehatan industri semen Indonesia.

“Jadi kami sangat berharap Kementerian Perindustrian dan Kementerian Investasi/BKPM menerapkan moratorium izin pabrik semen baru dan mengambil langkah-langkah yang bijaksana untuk meningkatkan pemanfaatannya,” tutupnya.

Di sisi lain, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) juga mencatat penambahan pabrik baru setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Meski demikian, masih ada optimisme permintaan semen akan meningkat pada tahun ini.

Sekretaris SIG Vita Mahreini mengatakan meski pemerintah melakukan moratorium pembangunan pabrik baru, namun terdapat penambahan kapasitas semen baru dalam tiga tahun terakhir.

“Sehubungan dengan moratorium, tambahan kapasitas baru akan ditambahkan antara tahun 2020 dan 2023, yang diimbangi oleh pertumbuhan permintaan yang terhambat oleh pandemi Covid-19,” katanya kepada Business baru-baru ini. GAMBAR KOMPETISI KONTRAKTOR SEMEN

Kehadiran produsen semen baru asal China mengancam penurunan permintaan INTP, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), dan PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) akan membuka pabrik baru yang diakuisisi di Sumatera Utara pada Juni 2024.

Berdasarkan laporan prospektus akhir Maret 2024, SMGR memiliki tiga pabrik di Pulau Sumatera: Aceh (Lhoknga), Sumatera Barat (Indarung), dan Sumatera Selatan (Baturaja).

Pabrik di Aceh dioperasikan oleh PT Solusi Bangun Andalas dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun, sedangkan PT Semen Padang di Sumatera Barat berkapasitas 8 juta ton per tahun. PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR) mencapai 3,9 juta ton.

Dengan kondisi tersebut, SIG yakin permintaan semen akan tumbuh pada paruh kedua tahun 2024, kata Vita. Oleh karena itu, perusahaan akan mengambil beberapa langkah untuk menangkap peluang pertumbuhan.

Ia mengatakan SIG akan fokus pada diversifikasi produk, optimalisasi jaringan produksi dan distribusi serta pembangunan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasar, manajemen harga, dan pengembangan.

“Kami perkirakan pertumbuhan permintaan semen pada kuartal II akan lebih baik sehingga meningkat secara year-on-year,” kata Vita.

Pada kuartal I 2024, SIG mencatatkan laba bersih sebesar Rp472 miliar, turun 16% year-on-year. Penurunan laba bersih seiring dengan pendapatan sebesar Rp 8,37 triliun, disesuaikan 6,27% YoY.

Sedangkan INTP melaporkan laba bersih sebesar Rp 238,02 miliar pada kuartal I 2024, turun 35,91 persen dibandingkan periode yang sama pada kuartal I 2024. Sedangkan laba bersih turun 3,84% year-on-year menjadi Rp 4,08 triliun.

Sekretaris Perusahaan Indocement Dani Khandajani juga memperkirakan permintaan semen akan membaik pada kuartal II-2024 seiring berakhirnya pemilu putaran pertama dan musim perayaan. Selain itu, kondisi cuaca yang mendukung juga diperkirakan akan memulai pembangunan proyek tersebut.

Silakan menghubungi Direktur Perdagangan & Logistik PT Cemindo Gemilang Tbk secara terpisah. (CMNT) Surindro Kalbu Adi mengatakan Semen Merah Putih berupaya menciptakan inovasi konstruksi yang unggul dan berkualitas.

Hal ini dilakukan dengan tetap mengedepankan konsep berkelanjutan melalui produk ramah lingkungan. Oleh karena itu, perseroan meyakini permintaan semen merah putih di Sumatera tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan pasokan dari produsen.

Saham produsen semen kompak itu memerah pada Rabu 29/5/2024. Saham SMGR turun 0,53% ke Rp 3.760, saham INTP turun 1,85% ke Rp 6.575, sedangkan saham CMNT flat.

J.P. Survei Morgan pada awal Mei 2024 menemukan bahwa INTP dan SMGR melaporkan tren penurunan pendapatan yang serupa, termasuk volume penjualan yang lebih lemah dan harga jual rata-rata campuran (ASP) yang lebih rendah.

JP Morgan mengatakan INTP melihat penurunan tajam ASP bercampur dengan dampak merger Semen Grobogan. Ebitda Indocement turun 17% menjadi 163.000 ton, sedangkan SMGR melemah 6% menjadi 189.000 ton.

“Perkiraan pendapatan SMGR dan INTP tahun 2024 adalah 10-15% di bawah ekspektasi pasar, dan hasil kuartal pertama tahun 2024 yang lemah akan menyebabkan pembalikan bearish. INTP lebih mungkin terjadi,” kata studi Morgan.

Dengan latar belakang ini, J.P. Morgan tetap berhati-hati, tetap netral terhadap SMGR dan underweight terhadap saham INTP. Sedangkan Kiwoom menawarkan target Rp 4.180 untuk SMGR. 

———-

Penafian. Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA