Bisnis.com, JAKARTA – Produsen tekstil lokal mengaku tak gentar dengan rencana investasi perusahaan pakaian raksasa asal China yang akan berinvestasi di Indonesia. Rencana ini dinilai bisa menjadi dorongan bagi industri TPT yang saat ini tengah terpuruk akibat praktik dumping.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan, pihaknya menyambut baik rencana pembangunan pabrik pakaian jadi asal China. Namun, ia mengingatkan persaingan usaha harus terjamin agar adil bagi seluruh pelaku pasar dalam negeri dan ekspor.
“Persaingan memang ada, tapi itu harus disikapi asal fair play. Kalau persaingannya fair, tidak apa-apa,” kata Jemmy saat dihubungi, Senin (24/06/2024).
Kehadiran investor baru menjadi angin segar karena Jemmy berharap penanaman modal asing (FDI) segera memperbaiki kondisi ketenagakerjaan di industri TPT yang terus terpuruk.
Berdasarkan catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), PHK pekerja tekstil di sentra tekstil Bandung dan Solo sepanjang tahun 2023 mencapai 7.200 pekerja. Sedangkan pada Mei 2024, seluruh PHK mencapai 10.800 pekerja.
Sebaliknya, pada triwulan I 2024, jumlah PHK industri TPT mencapai 3.600 pekerja, meningkat 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga awal tahun 2023, API telah mendaftarkan sekitar 20 hingga 30 pabrik.
“Ketersediaan tekstil masih sangat rendah karena berbagai permasalahan. Mudah-mudahan pemerintah bisa mengambil kebijakan untuk melindungi industri dalam negeri,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Produsen Benang dan Filamen Serat Indonesia (APSyFI) Jenderal Redma G. Wirawast mengatakan para pelaku industri yakin investasi baru ini akan menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda perekonomian.
“Kami berharap investasi baru ini juga dapat memperkuat integrasi rantai nilai sehingga bangsa kita dapat memperoleh manfaat lebih dari nilai tambah yang diciptakan,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Menurut Redma, pemerintah harus mendukung investasi baru ini, karena ke depan produsen tersebut juga akan bersaing dengan impor murah dari China. Dumping produk TPT China semakin tidak masuk akal karena harganya berada di bawah harga bahan baku.
“Kalau menggunakan struktur biaya yang ada di Indonesia, kalaupun menggunakan teknologi mesin terkini nampaknya akan sangat sulit bersaing karena produk impor dari China murah bahkan di bawah harga bahan baku,” ujarnya. . . untuk menjelaskan
Redma berharap kehadiran investor pakaian jadi asal Tiongkok juga dapat memberikan insentif bagi pemerintah untuk memberikan perlindungan lebih kepada seluruh investor tekstil di Indonesia, baik lokal maupun asing.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel