Bisnis.com, JAKARTA – Pinjaman P2P atau pinjaman online (pinjol) Akseleran menargetkan pertumbuhan pendapatan berkelanjutan di kisaran 5%-10% pada tahun ini.
“Tahun ini targetnya sekitar Rp 80 miliar dengan keuntungan sekitar Rp 15 miliar,” kata CEO sekaligus co-founder Akseleran Group Ivan Nikolas kepada Bisnis, Kamis (29/08/2024).
Meski tak merinci angkanya, Ivan mengatakan pendapatan Akseleran terus meningkat setiap bulannya dan sudah untung sejak Januari 2024.
“Hal ini bisa kita capai dengan menurunkan biaya operasional (operating cost) sekitar 40% dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.
Saat ini, perusahaan pemberi pinjaman mempunyai masalah: pendapatan mereka berpotensi lebih rendah karena pemberian bunga pinjaman atau batas atas keuntungan ekonomi yang lebih rendah.
OJK (SE OJK) dalam OJK No. 19/SEOJK.06/2023 tentang Penyelenggaraan Jasa Pembiayaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi, Batas Maksimum Hasil Keekonomian Kredit untuk Pembiayaan Sektor Pengolahan, Mulai Tahun 2026, Yaitu. 0,067%, naik dari awal 0,1%.
Pada saat yang sama, mulai tahun 2025 dan seterusnya, batas maksimum keuntungan ekonomi untuk membiayai sektor konsumen adalah 0,2% dari sebelumnya 0,3%. Bahkan, mulai 1 Januari turun menjadi 0,1%.
“Soal penurunan suku bunga maksimal, tidak berdampak bagi kami karena rata-rata biaya kredit kami 2% per bulan. Hanya ada beberapa pinjaman kecil yang bunganya maksimal 2,5% per bulan,” ujarnya. .
Lebih lanjut, Entjik S. Jafar, Ketua Asosiasi Fintech Pembiayaan Indonesia (AFPI), menjelaskan bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh P2P lending sangat dipengaruhi oleh batasan keuntungan finansial.
Namun hal lain yang berdampak lebih besar adalah peningkatan berbagai biaya, terutama biaya pengendalian risiko dan biaya akuisisi pelanggan. Karena kualitas peminjam baru akhir-akhir ini menurun, banyak kelompok penipu atau [defauters] yang terus berusaha masuk untuk melunasi pinjamannya,” kata Entzick.
Sementara itu, keuntungan perusahaan penyedia pinjaman peer-to-peer (P2P lending) atau pinjaman online (pinjol) berada dalam tren menurun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pendapatan P2P lending turun 25,41% year-on-year menjadi 336,01 miliar rupiah pada Juni 2024 dari 450,51 miliar rupiah pada Juni 2023.
Hal ini konsisten dengan pendapatan non operasional yang turun 45,73% year-on-year dari Rp92,45 miliar menjadi Rp170,37 miliar.
Sedangkan pendapatan operasional naik 13,68% year-on-year menjadi Rp6,45 miliar dari Rp5,67 miliar. Meski meningkat, angka tersebut terbilang kecil dibandingkan capaian Oktober 2023 hingga Desember 2023 yang selalu mencatatkan double digit yakni Rp 10,4 miliar hingga Rp 12,5 miliar.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA