Bisnis.com, Jakarta – Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengambil simpanan dan pinjaman para Wali Usaha Muhammadiyah (AUM) di Bank Syariah Indonesia (BSI). Bagaimana masa depan BSI? Pelajaran apa yang bisa diambil?

Bagaimana sejarah BSI? BSI yang didirikan pada 1 Februari 2021 merupakan hasil penggabungan 3 bank syariah yaitu PT Bank BRI Syaria Tbk., PT Bank Syaria Mandiri dan PT BNI Syariah. Komposisi pemegang saham BSI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 24,85% dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 17,25% pemegang saham lainnya kurang dari 5%.

Dengan merger ini, BSI akan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dan diharapkan masuk dalam 10 besar bank syariah dunia pada tahun 2025.

Apa yang akan dilakukan BSI pada kuartal I/2024? BSI berhasil meningkatkan laba bersih sebesar 17,07% menjadi Rp 1,71 triliun pada kuartal I/2024. Laba setelah pembagian keuntungan meningkat 2,01% (YoY/YoY) menjadi Rp4,38 triliun. Selanjutnya, besaran penyaluran pembiayaan meningkat 12,26% menjadi Rp6,31 triliun.

Cadangan devisa turun 27,84% menjadi Rp541,31 miliar. Dari sisi diplomasi, pinjaman meningkat 15,92% menjadi Rp246,54 triliun. Dengan demikian, aset meningkat 14,25% menjadi Rp357,9 triliun dari sebelumnya Rp313,25 triliun. Sayangnya, meningkat dari 0,54% menjadi 0,55%.

Untungnya, tingkat kinerja yang tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun 71 basis poin (bps) menjadi 68,94% (CNBC Indonesia, 30 April 2024).

Lantas, pelajaran penting apa yang bisa dipetik?

Pertama, Muhammadiyah mentransfer uangnya ke bank syariah seperti Bank Mega Syariah, Bank Bukobin Syariah, Bank Mumalat dan masih banyak bank syariah lainnya di BSI. Apa teksnya? Menurut Ketua PP Muhammadiyah, proyek tersebut dibuat untuk menciptakan persaingan yang sehat antar bank syariah karena sudah lama mengandalkan BSI dalam mengelola uang masyarakat.

Muhammadiyah menghimbau agar bank syariah bekerja keras memberikan dukungan kepada kelompok minoritas, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Klaim tersebut patut didukung dengan fakta bahwa UMKM sejauh ini mampu menyerap lebih dari 100 juta tenaga kerja. Secara sederhana, UMKM telah membantu pemerintah dalam menurunkan angka pengangguran terbuka yang mencapai 4,82% (7,2 juta orang) pada Februari 2024.

Kedua, apakah penarikan dana Muhammadiyah merugikan BSI? Berapa besaran dana pihak ketiga (DPK) BSI? Per April 2024, data Biro Riset Infobank menunjukkan DPK BSI Rp 293,24 triliun.

Jadi, ketika Muhammadiyah mengambil uang sekitar Rp13 triliun atau 4,43% dari DBK BSI, berarti manfaat penarikannya kecil. Jangan lupa BSI merupakan bank terbesar keenam dalam hal penggalangan dana di sektor keuangan dan nomor satu di bidang keuangan syariah.

Ketiga, namun dari sudut pandang manajemen aset dan utang, memang benar bahwa penarikan tunai mempengaruhi arus kas secara keseluruhan. Tujuan dari manajemen aset dan liabilitas adalah mengelola aset dan liabilitas dengan baik untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Saat ini, aset keuangan tidak hanya terbatas pada uang tunai saja, namun juga terdapat pada instrumen investasi seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), obligasi dan uang lainnya.

Keempat, apakah penarikan uang Muhammadiyah bisa dianggap cepat (penarikan berlebihan)? TIDAK. Mengapa? Karena Muhammadiyah tidak menerima uang. Oleh karena itu, BSI masih memiliki banyak waktu untuk memproses permintaan penarikan tersebut.

Kelima, ternyata BSI punya cara lain untuk mendekati Muhammadiyah agar seluruh uangnya tidak diambil dari BSI. Ingatlah bahwa banyak sumber daya manusia (SDM) bank yang sangat berpengetahuan dan tahu cara bernegosiasi dengan kelompok.

Melalui solusi yang elegan, strategis, dan win-win solution, Muhammadiyah mampu menarik seluruh dananya, atau setidaknya menahan sebagian dananya di BSI.

Keenam, Bank Syariah yang menerima uang berharga milik Muhammadiyah justru tersenyum dan bergembira. Bagaimana itu terjadi? Karena mereka menghasilkan uang miliaran tanpa membayar banyak. Namun, pihak Muhammadiyah pasti akan mengenakan tarif khusus untuk tabungan dan akan segera ditawarkan.

Bank syariah penerima uang pasti akan mengapresiasi permintaan khusus Muhammadiyah tersebut. Dana tersebut meningkatkan DPKnya dan memperoleh keuntungan berupa margin dengan menempatkan dananya di berbagai instrumen investasi.

Ketujuh, bank syariah dapat meningkatkan kualitas pinjamannya di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dunia. Perlu diketahui bahwa total NPF telah mencapai 2,04% sejak Maret 2024, dalam margin aman sebesar 5%. NPF bank syariah ini lebih baik dibandingkan non-performing loan (NPL) bank konvensional sebesar 2,22% pada periode yang sama.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, ada empat faktor perekonomian global yang mempengaruhi perekonomian Indonesia saat ini dan masa depan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor jangka panjang, tekanan geopolitik, perubahan iklim, dan digitalisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah.

Dalam kondisi suku bunga yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, bank syariah dan bank konvensional sebaiknya meningkatkan penerapan manajemen risiko khususnya masalah kredit dan likuiditas. Dengan beragam program studi tersebut, BSI akan terus bersinar! Itu benar!

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel