Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan RI mencatat jumlah masyarakat yang mudik pada Idul Fitri 2024 sebanyak 193 juta orang, meningkat 50% dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah sekitar 120 juta orang.
Perpindahan jutaan orang sekaligus menjadi tantangan bagi pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab menjaga dan mengelola kawasan serta keamanan pergerakan.
Jessa Raharja, sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bertugas memberikan santunan kepada korban kecelakaan angkutan umum dan jalan raya, turut berperan bersama instansi lain dalam menjaga kelancaran dan keamanan lalu lintas.
Dalam situasi ini, Jasa Raharja tidak berperan pasca kecelakaan, namun berperan sebagai pencegahan kecelakaan.
Catatan Kutipan (memorie van toelichting) Berdirinya Jasa Raharja pada tahun 1964 sebagai badan usaha milik negara didasari oleh pemikiran bahwa seluruh warga negara harus dilindungi dari kerugian akibat risiko kecelakaan di jalan raya. Ini adalah gagasan sosial, sehingga upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama.
Dalam pengintegrasian konsep sosial di atas, maka lahirlah Program Asuransi Nasional yang diatur dalam UU No. Nomor 33 Tahun 1964 beserta Peraturan Pemerintah. 17 Tahun 1965 Pengendalian Program Asuransi Kecelakaan Angkutan Umum dan UU No 34 Tahun 1964 serta TMP No. 18 Tahun 1965 Pengendali Program Asuransi Kecelakaan Jalan dan Jasa Raharja merupakan pelaksana peraturan ini untuk memberikan santunan cepat kepada korban kecelakaan di jalan raya. Dalam kerangka undang-undang ini merupakan bentuk pemerintahan terhadap warga negara yang menderita guna mengurangi beban penderitaannya.
Kecelakaan tragis yang terjadi di Jalan Nomor 58 Kecamatan Kasi Kabupaten Kasi Timur masih membekas di ingatan kita, yang menimpa pemudik pada Senin 8 April 2024 atau dua hari menjelang Idul Fitri yang melibatkan 3 kendaraan dan memakan korban jiwa. 12 orang.
Dalam musibah ini, Jasa Raharja memberikan santunan kepada para korban masing-masing sebesar Rp 50 juta berdasarkan skema asuransi kecelakaan lalu lintas, bukan skema asuransi kecelakaan lalu lintas. Kompensasi ini diberikan sebagai wujud keseriusan tatanan pemikiran sosial yang tertuang dalam undang-undang.
Hasil penelusuran pihak terkait menyebutkan, kendaraan yang mengakibatkan 12 orang meninggal dunia itu berjalan berbayar tanpa izin resmi dari pihak terkait. Dalam posisi ini tentunya kita harus mawas diri dan mengevaluasi mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Adakah kendala dan kesulitan yang dihadapi badan usaha dalam melegalkan usahanya? Peraturan pemerintah mengenai hal ini diatur dalam peraturan Menteri Perhubungan. Nomor 15 Tahun 2019, Menteri Perhubungan dan Komunikasi Nomor. Nomor 16 Tahun 2019, Menteri Perhubungan Nomor 88 Tahun 2018, Menteri Perhubungan 118 Tahun 2018.
Fenomena badan usaha yang tidak mematuhi rekomendasi di atas patut menjadi kajian tersendiri, baik karena persyaratan yang telah ditetapkan sulit diterapkan dan sanksi yang terlalu ringan, atau ada faktor penghambat lainnya.
Organda yang merupakan organisasi penyelenggara angkutan umum, menurut penulis, telah menjalankan perannya dengan baik dengan tetap mempertahankan praktik angkutan umum informal yang tidak mematuhi undang-undang dan mengharapkan perbaikan dari pemerintah.
Kerja sama semua pihak diharapkan dari masyarakat dan badan usaha agar mampu menciptakan kebijakan yang mampu menciptakan manfaat bagi semua pihak (pengusaha, masyarakat dan pemerintah).
Mengutip artikel terbitan Gaikindo, Organisasi Kesehatan Dunia/WHO siap meningkatkan kampanyenya untuk mengurangi jutaan kematian dan cedera akibat kecelakaan di jalan raya. Periode ini akan berjalan setidaknya setengahnya antara tahun 2021-2030. Upaya ini menyusul diadopsinya resolusi pada Agustus 2020 oleh Majelis Umum PBB tentang Dekade Aksi Keselamatan Jalan.
Organisasi Kesehatan Dunia mencatat lebih dari 50 juta orang telah meninggal dalam kecelakaan di jalan raya sejak mobil ditemukan oleh seorang pengusaha Jerman (Karl Benz) pada tahun 1886. Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa kecelakaan di jalan raya menewaskan lebih dari 3.500 orang setiap hari. keliling dunia. Organisasi Kesehatan Dunia menambahkan bahwa: jumlah korban tewas telah mencapai hampir 1,3 juta orang dan sekitar 50 juta orang terluka setiap tahunnya.
Efek material
Jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang relatif besar adalah akibat dari kecelakaan mobil di jalan raya. Badan Lalu Lintas Polri berdasarkan data IRSMS tahun 2023 mencatat jumlah kecelakaan sebanyak 148.307 kasus. Jumlah tersebut meningkat 0,06% dibandingkan tahun 2022 sebanyak 140.248 kecelakaan. Dampak ekonomi dari kecelakaan di jalan raya mempunyai dampak yang cukup besar, dimana menurut Asian Development Bank (ADB) memperkirakan kerugian ekonomi akan mencapai 2,9% – 3,1% dari total PDB Indonesia atau pada tahun 2020 sebesar Rp 448 triliun. Rp478 triliun, total PDB mencapai Rp15.434,2 triliun.
Lahirnya UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pembangunan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) pada tanggal 12 Januari 2023 memberikan kekuatan baru untuk mendukung dan mengakui upaya pengembangan dan penguatan sektor keuangan di Indonesia. Dalam UU P2SK, pemerintah akan menetapkan program asuransi wajib yang mencakup asuransi tanggung jawab pihak ketiga terkait kecelakaan lalu lintas, sehingga jika terjadi kasus kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan kerugian besar, akan ada unit/lembaga yang mengambil tindakan. Proses kompensasi kerugian sesuai batasannya.
Kami berharap penerapan asuransi tanggung jawab pihak ketiga dapat terlaksana dengan baik pada tahun 2024, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya karena Indonesia relatif tertinggal dalam penerapan asuransi tanggung jawab pihak ketiga dibandingkan negara lain.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel