Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan belum ada perintah peninjauan kembali proses penawaran umum perdana (IPO) di tengah skandal kepuasan yang melibatkan 5 mantan pegawai Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Pertukaran Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan lembaganya terus mempertimbangkan kemungkinan melakukan IPO terhadap beberapa perusahaan yang ingin go public. 

Sejauh ini tidak ada gangguan dalam proses peninjauan penawaran umum, kami tetap melanjutkan proses seperti biasa, meski ada proses PHK [5 pegawai BEI], kata Inarno dalam konferensi pers Agustus 2024. Rapat Dewan Komisioner OJK pada Jumat (6/9/2024).

Inarno membantah kabar lima entitas tersebut keluar dari jalur IPO BEI karena skandal listing di BEI. 

Menurut dia, pihak yang akan mengeluarkan uang tersebut memiliki statistik tersendiri terkait kesiapan pasar dan kecepatan akses ke pasar modal.

Pendanaan di pasar modal sejauh ini positif, dengan nilai penawaran umum mencapai Rp135,25 triliun, dimana Rp4,39 triliun merupakan penggalangan dana dari 28 emiten baru, ujarnya. 

Di sisi lain, dia menambahkan, masih ada 116 pipeline IPO senilai Rp 41,7 triliun yang sedang dikaji. 

“Kami berharap dapat mencapai tujuan kami pada akhir tahun ini. “Hal ini juga menunjukkan bahwa pasar modal ini masih menarik bagi mereka yang bisa mengeluarkannya,” ujarnya. 

Diberitakan sebelumnya, penawaran umum perdana pada kuartal III 2024 tercatat sepi.

BEI menjelaskan, sepinya IPO pada Juli-September 2024 tidak sejalan dengan rencana BEI memperketat regulasi pasca diumumkannya kasus kepuasan oleh petinggi BEI. 

Hingga 30 Agustus 2024, BEI telah mencatatkan total 23 emiten potensial dalam pipeline atau jalur IPO. Namun jumlah pipeline IPO yang dikelola BEI mengalami penurunan dibandingkan data hingga 9 Agustus 2024 yang mencakup 28 perusahaan. Faktanya, tidak ada saham baru atau pencatatan di BEI antara 9-30 Agustus. 

Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian BEI, menjelaskan IPO IPO internasional berada di bawah 16%. Kawasan Asia-Pasifik menjadi salah satu kawasan dengan penurunan IPO paling tajam pada tahun ini.  

“Tergantung banyak faktor. Pertama, kondisi ekonomi, inflasi, dan tingginya suku bunga. Lalu ada ketegangan geopolitik, perubahan iklim, dan pemilu di 50% negara di dunia,” kata Nyoman, di gedung BEI, Jakarta, Jumat (09/06). ) . .2024). 

Menurut Nyoman, hingga Agustus 2024 terjadi penurunan jumlah IPO dan pembiayaan IPO. 

Apakah karena kehebatan [IPO] yang dilakukan? Itu hanya rencana, pasti terjadi. Apakah karena ada yang melanggar kode etik kemarin? Ada penurunan di seluruh dunia, terutama di kawasan Asia-Pasifik. “ucap Nyoman.  

Dengan pengurangan tersebut, kata Nyoman, bursa tidak akan mengubah daftar perlengkapannya hingga akhir tahun ini. Menurut dia, hingga akhir tahun target daftar instrumen BEI sebanyak 340 efek, antara lain emiten, obligasi, KIK-EBA, ETF, dan lainnya. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel