Bisnis.com, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan industri perbankan optimis dengan kinerja kreditnya tahun ini. Faktanya, sejauh ini belum ada perusahaan yang mengajukan kajian penurunan target kredit berdasarkan Rencana Bisnis Bank (RBB).

Pada semester II tahun 2024, perbankan masih optimis dapat mencapai target yang telah ditetapkan, kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Adiana Rae.

Hal ini tercermin dari target kredit dan dana pihak ketiga (DPK) tahun 2024 yang telah direvisi naik dan sejalan dengan perkiraan OJK pada awal tahun, kata Dayan, Senin (15/7). membalas. /). 2024).

OJK menargetkan peningkatan kredit perbankan sebesar 9%-11% pada tahun 2024. Dengan optimisme penyaluran kredit, kualitas kredit diperkirakan tetap terjaga. “Bahkan berada dalam tren penurunan dibandingkan tahun lalu sehingga mendukung rasio kredit berisiko (loan at risk/LaR) yang juga menurun,” tambah Diane.

Kredit mencatat pertumbuhan dua digit sebesar 12,15% secara tahunan (year-on-year) pada Mei 2024, menurut data OJK. DPK pun meningkat sebesar 8,63%. Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) bruto sebesar 2,34% dan NPL net sebesar 0,79% pada Mei 2024. LaR perbankan berada pada level 10,75%.

Namun di tengah tantangan likuiditas akibat tingginya suku bunga acuan, beberapa bank seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) mengerem ekspansi kredit tahun ini.

Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) memberikan tekanan pada cost of fund para bankir sehingga memaksa bank untuk mempertahankan harga dana. “Sampai saat ini CIMB Nyaga konsisten mencatat pertumbuhan kredit positif sebesar 6%. Namun, kami mengerem ekspansi kredit di beberapa segmen,” kata Lani.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitopoulou juga menyoroti tren suku bunga tinggi yang membuat likuiditas menjadi mahal. “Pada kuartal I 2024, kredit kita tumbuh 14,8%, namun akhir tahun akan turun menjadi hanya 10%-11% karena mahalnya likuiditas. Kita tidak ingin menyalurkan kredit yang menyebabkan kerugian. terjadi karena uang itu mahal,” jelas Nixon.

Amin Nordin, dosen senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menambahkan dengan tren suku bunga acuan yang cenderung lebih tinggi, likuiditas perbankan akan menjadi lebih mahal. “Beban finansialnya memakan biaya yang cukup besar,” kata Amin. Ia juga mengatakan permintaan kredit diperkirakan tidak akan terlalu tinggi karena perbankan menjadi lebih selektif.

Suku bunga acuan BI tetap tinggi, BI mempertahankan suku bunga tidak berubah di angka 6,25% pada rapat Dewan Pengurus (RDG) pada 19-20 Juni 2024. Sebelumnya, pada April 2024, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. (BPS). ) dari 6% menjadi 6,25%, kenaikan pertama sejak Oktober 2023.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel