Bisnis.com, Jakarta – Nilai tukar rupee dibuka di bawah Rp 16.220 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi seiring penguatan dolar AS.

Rupiah melemah 0,40 persen atau 65 poin menjadi Rp16.220 terhadap dolar, mengutip data Bloomberg pada Jumat (19/7/2024) pukul 09.00 WIB. Rupiah melemah seiring indeks dolar menguat 0,08 persen menjadi 104,25.

Selain rupee, sebagian besar mata uang Asia juga mengalami fluktuasi yang berbeda dengan dolar. Yen Jepang melemah 0,05 persen, dolar Singapura melemah 0,07 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,40 persen.

Won Korea Selatan melemah 0,28 persen, Rupee India melemah 0,08 persen, Yuan Tiongkok melemah 0,06 persen, Ringgit Malaysia melemah 0,16 persen, dan Baht Thailand melemah 0,32 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim memperkirakan rupee akan ditutup melemah antara Rp 16.140 hingga Rp 16.200 per dolar AS.

Dia sebelumnya mengatakan para pejabat di The Fed mengatakan waktu untuk menurunkan suku bunga akan semakin dekat seiring dengan membaiknya inflasi dan pasar tenaga kerja yang positif. 

Namun, menurutnya, ancaman sanksi AS terhadap China menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang baru antar negara. 

Komentar baru-baru ini oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengenai belanja pertahanan AS di Taiwan juga telah meningkatkan kekhawatiran terhadap pasar regional.

Langkah ini bisa menjadi cerminan dari upaya berkelanjutan pemerintahan Biden untuk memutus akses Tiongkok terhadap kemajuan kecerdasan buatan dan industri chip.  

“Hal ini dapat memicu pembalasan yang kuat dari Beijing, memicu perang dagang baru antara negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia,” ujarnya dalam catatan penelitian, Kamis (18 Juli 2024). 

Laporan ini muncul ketika Tiongkok juga mengkhawatirkan perlambatan ekonominya, terutama karena data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat. 

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 berada di kisaran 4,7% hingga 5,5% karena kinerja perekonomian dalam negeri. Konsumsi rumah tangga dan investasi mendorong produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2024. 

Pertumbuhan pada kuartal III dan IV juga diperkirakan tetap baik. Perkiraan positif tersebut juga didorong oleh rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% PDB, serta mendongkrak kinerja ekspor dan meningkatkan permintaan dari mitra dagang utama.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel