Bisnis.com, Jakarta – Pada tahun 2024, nilai bisnis sektor pelayaran online atau ojek online (ojol) Indonesia akan mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 14,19 triliun.

Sementara itu, laporan terbaru e-economy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek, Bain & Company menunjukkan bahwa nilai ini akan meningkat sebesar 13% setiap tahunnya (year-on-year) dari sebelumnya US$. $7 miliar pada tahun 2023.

Adarsh ​​​​Baijal, partner Bain & Company, mengatakan pertumbuhan tersebut bukan karena meningkatnya penggunaan kendaraan listrik. Namun peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah driver dan harga aplikasi.

“Saya tidak tahu apakah kalian merasakan hal yang sama di sini, tapi harga layanan ride-hailing (Gojek dan Grab) sudah naik sedikit,” kata Adarsh ​​​​di kantor Google, Rabu (13/11/2024). . ). .

Adarsh ​​​​mengatakan persaingan antar layanan ride-hailing masih berlangsung sehingga harga untuk pelanggan bisa berbeda-beda. 

Namun, dia menegaskan bahwa pemain di bidang ini telah merasakan laba atas investasi dari dana yang awalnya digunakan untuk rabat.

Lebih lanjut Adarsh ​​​​mengatakan, modal pengemudi juga menentukan harga. Namun, dengan berkurangnya pengemudi akibat pandemi Covid-19, harga pengemudi dan harga pelanggan pun berubah.

“Dalam jangka pendek, kedua faktor ini sebenarnya membantu menghidupkan kembali sektor ini. “Ada cukup pendorong untuk memenuhi permintaan yang tinggi dan harga akan naik lagi seiring dengan membaiknya kondisi,” katanya. 

Perekonomian digital Indonesia diperkirakan mencapai $90 miliar (Rp 1,42 triliun) dalam nilai barang dagangan bruto (GMV) pada tahun 2024.

Menurut laporan terbaru e-economy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek, Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 13% pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023, menjadikannya GMV terbesar di Asia Tenggara.

Veronica Utami, Regional Director Google Indonesia, mengatakan pertumbuhan yang kuat menjadi salah satu faktor yang memprediksi ekonomi digital Indonesia akan meningkat nilainya pada tahun 2024.

“Indonesia tetap menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, diperkirakan bernilai sekitar $90 miliar pada tahun ini. “Meski skalanya sudah besar, tapi tetap kuat dan kita masih tumbuh 13%,” kata Veronica di kantor Google, Rabu (13/12/2024).

Sementara itu, sektor e-commerce tetap menjadi kontributor terbesar terhadap ekonomi digital, dengan GMV diperkirakan akan tumbuh sebesar 11% menjadi $65 miliar pada tahun 2024, menurut laporan tersebut.

Setelah e-commerce, sektor perjalanan online serta sektor transportasi dan makanan masing-masing diperkirakan menyumbang $9 miliar terhadap ekonomi digital.

Yang terakhir dalam daftar adalah sektor media online, yang diperkirakan memberikan kontribusi sekitar $8 miliar terhadap ekonomi digital Indonesia.

Lihat berita dan artikel lainnya dari Google Berita dan WA Channel.