Bisnis.com, JAKARTA – Penumpang pesawat Air Europa yang melakukan pendaratan darurat di Brasil akibat turbulensi pada Senin (1/7/2024) bercerita tentang pengalaman buruknya dalam kecelakaan yang melukai sekitar 40 orang tersebut.

Salah satu penumpang, Stevan, mengatakan, sejumlah penumpang mengalami patah tulang dan luka di bagian lengan, wajah, dan kaki akibat kecelakaan tersebut. Pesawat tersebut terbang dari Madrid, Spanyol, menuju ibu kota Uruguay, Montevideo.

Penerbangan Air Europa bernomor UX045 itu membawa 325 orang. Akibat turbulensi, pesawat melakukan pendaratan darurat di bandara Natal di timur laut Brasil. 

Kami pikir kami akan mati di sana,” kata Stevan, dikutip Reuters, Kamis (4 Juli 2024).

Penumpang lainnya, Massimiliano, mengatakan Boeing 787-9 Dreamliner yang membawa 325 penumpang tiba-tiba mulai mengalami kecelakaan. Penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar dan membentur langit-langit pesawat.

“Orang-orang yang tidak memakai sabuk pengaman terlempar ke udara dan membentur langit-langit, serta terluka; mereka yang memakai sabuk pengaman, tidak separah itu,” katanya.

Air Europa mengatakan enam orang masih dirawat di rumah sakit di Natal dan dirawat oleh staf darat dari Brazil dan Spanyol.

“Air Europa sangat menyayangkan apa yang terjadi dan ketidaknyamanan yang dialami pelanggannya. Pihak maskapai berharap penumpang yang terkena dampak dapat segera pulih dan siap membantu pelanggannya,” tambah maskapai tersebut.

Sekretariat pemerintah negara bagian Rio Grande do Norte mengatakan empat orang dibawa ke unit perawatan intensif dari total 40 penumpang yang dirawat di rumah sakit, naik dari sekitar 30 orang yang dilaporkan pada Senin.

Air Europa mengatakan penerbangan pengganti untuk membawa penumpang ke Montevideo lepas landas pada hari sebelumnya, dengan penumpang diangkut dari Natal ke bandara Recife yang lebih besar dengan bus.

Maskapai tersebut menambahkan bahwa pesawat tersebut telah diperiksa untuk mengetahui tingkat kerusakannya.

Maskapai ini tidak segera menanggapi permintaan komentar lebih lanjut mengenai insiden tersebut. Insiden terkait turbulensi ini terjadi kurang dari dua bulan setelah satu penumpang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika turbulensi menghantam pesawat Singapore Airlines dalam penerbangan dari London ke Singapura.

Beberapa ilmuwan telah memperingatkan akan memburuknya turbulensi akibat perubahan iklim.

Penyebab paling umum dari turbulensi adalah pola cuaca tidak stabil yang menyebabkan badai. Mereka biasanya dapat dideteksi oleh radar cuaca, sehingga pilot dapat terbang mengelilinginya.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel