Bisnis.com, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia mempertahankan tren surplus selama 54 bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Oktober 2024 sebesar $2,48 miliar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adiningar Vidyasanti menjelaskan, berdasarkan perkiraan tersebut, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami tren surplus sejak Mei 2020.
“Total nilai impor mencapai 21,94 miliar dollar AS atau meningkat 16,54% dari September 2024,” kata Amalia dalam jumpa pers, Jumat (15/11/2024).
Surplus perdagangan Indonesia bulan Oktober 2024 tercatat turun 0,75% secara bulanan.
“Pada Oktober 2024, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 2,48 miliar atau turun sebesar USD 0,76 miliar per bulan,” kata Amalia.
Komoditas yang menyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak nabati hewani (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).
Sebelumnya, perkiraan konsensus 18 ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan nilai rata-rata surplus perdagangan pada Oktober 2024 sebesar $3,09 miliar.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi neraca perdagangan sebesar USD 3,26 miliar pada September 2024.
Estimasi tertinggi diberikan oleh ekonom JP Morgan Chase Bank NA Sin Beng Ong dengan nilai nominal US$3,6 miliar dan estimasi terendah diberikan oleh kepala ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual dengan $2,16 miliar.
David mengatakan turunnya surplus menjelang akhir tahun ini disebabkan harga komoditas ekspor andalan Indonesia tersebut mengalami tren kenaikan. seperti minyak sawit mentah atau minyak sawit mentah (CPO), batu bara, dan minyak bumi.
Dengan latar belakang kenaikan harga komoditas, David melihat kemungkinan melambatnya volume ekspor, sehingga berdampak pada penurunan angka ekspor. Secara year-on-year, ekspor diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,33% (year-on-year), sedangkan impor diperkirakan masih meningkat sebesar 4,25%.
“Perlambatan ekspor juga didukung oleh perlambatan impor Tiongkok pada bulan Oktober,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (14/11/2024).
Namun, David memperkirakan akan terjadi sedikit akselerasi impor di akhir tahun karena faktor musiman, khususnya kebutuhan bahan baku dan produk jadi.
Namun ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosiana Ewalita Situmorang juga mengatakan angka ekspor cenderung stagnan.
Sementara impor akan meningkat seiring tingginya permintaan menjelang hari raya keagamaan nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru). Dampaknya, surplus neraca perdagangan akan menurun dari posisi September 2024 menjadi 3,08 miliar USD.
“Nilai impor cenderung meningkat pada kuartal terakhir sebagai persiapan konsumsi Natal. Sehingga surplus perdagangan diperkirakan sedikit lebih kecil,” ujarnya.
Pada September 2024, ekspor September 2024 tercatat sebesar USD 22,08 miliar, dengan impor lebih kecil sebesar USD 18,82 miliar sehingga surplus tetap terjaga. Komoditas yang menyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak nabati hewani (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).
Secara kumulatif periode Januari-September 2024, ekspor tercatat sebesar USD 192,85 miliar dan impor sebesar USD 170,87 miliar, sehingga neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2024 mencapai USD 21,98 miliar.
Jumlah tersebut masih jauh dari target sebesar 31,6 miliar USD menjadi 53,4 miliar USD pada tahun 2024.
Simak berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA