Bisnis.com, CIREBON – Calon Gubernur Jawa Barat keempat Dedi Mulyadi mengatakan, ada potensi besar kegembiraan menemukan makanan khas Cirebon yakni nasi jamblang. Namun pengelolaan dan penyajian kuliner tradisional masih jauh dari standar profesional. 

Menurutnya, pengelolaan gerai Nasi Jamblang yang ada saat ini belum bisa memberikan pengalaman menarik dan nyaman bagi wisatawan, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan layanan pesan-antar makanan yang lebih modern. 

“Banyak kedai Nasi Jamblang yang masih belum tertata dengan baik. “Tentu saja hal ini mempengaruhi daya tarik kuliner tersebut, apalagi bagi wisatawan yang tidak hanya mencari cita rasa makanan, tetapi juga kenyamanan dan rasa nikmat,” kata Dedi, Senin (18/11/2024).

Dedi mengungkapkan perlunya konsultan profesional untuk membantu perusahaan makanan tradisional bersaing di pasar yang semakin kompetitif. 

Menurutnya, keterlibatan konsultan dapat membantu meningkatkan berbagai aspek bisnis, seperti desain situs, pemasaran, layanan pelanggan.

“Kalau kita lihat bagaimana makanan dari luar negeri diiklankan, mereka tidak hanya menjual rasa, tapi juga pengetahuan, eksklusivitas, dan pengalaman. “Kita bisa belajar dari cara ini untuk menata makanan lokal kita, termasuk Nasi Jamblang, agar lebih menarik di mata masyarakat luas,” jelas Dedi.

Ia menambahkan, dukungan konsultan yang tiada henti akan menjadi solusi atas banyak tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kecil. 

Dengan bimbingan yang tepat, mereka dapat memahami tren pasar, mengadopsi strategi bisnis modern, dan meningkatkan manajemen bisnis secara keseluruhan.

Meski demikian, Dedi menegaskan modernisasi ini juga harus menghormati nilai-nilai tradisional. Menurutnya keaslian dan identitas lokal merupakan hal yang tidak bisa hilang dalam upaya reformasi Nasi Jamblang.

“Kita harus menjaga pentingnya Nasi Jamblang sebagai warisan budaya khas Cirebon. Modernisasi diperlukan untuk meningkatkan daya saing, namun tidak kehilangan identitas budayanya. “Sebenarnya perbedaan inilah yang menjadi daya tariknya,” kata Dedi.

Ia menilai potensi Nasi Jamblang untuk menjadi ikon wisata kuliner nasional bahkan internasional sangat besar. Sayangnya potensi tersebut belum sepenuhnya terealisasi karena kurangnya perhatian terhadap aspek visual dan kenyamanan ruang makan.

Pedagang beras Jamblang menyambut baik pendapat dan masukan Dedi Mulyadi. 

Namun, mereka juga mengungkapkan banyak kendala yang mereka hadapi, seperti terbatasnya dana, kurangnya pengetahuan tentang pemasaran modern, dan sulitnya mengakses nasihat profesional.

“Rencana Pak Dedi sangat bijaksana dan dapat membantu kita menjadi lebih baik.” “Tetapi kami masih membutuhkan dukungan baik dari pemerintah maupun swasta untuk membantu permodalan dan pelatihan,” kata Samud, salah satu pedagang Nasi Jamblang di Sumber, Kabupaten Cirebon.

Menurut Samud, banyak pengusaha kecil yang ingin berkembang, namun mereka terhambat oleh kekurangan dana dan sumber daya. Diharapkan dapat ditemukan solusi konkrit yang dapat membantu pembaharuan usaha kecil tanpa melupakan ciri tradisionalnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel