Bisnis.com, JAKARTA – Distributor obat, PT Millennium Pharmacon International Tbk. (SDPC) menargetkan pertumbuhan dua digit pada tahun 2024, seiring dengan membaiknya kinerja sektor farmasi dan ekspansi bisnis.
Presiden dan Direktur Millennium Pharmacon International Ahmad Bin Abu Bakar menjelaskan pendapatan dan laba bersih pada tahun 2023 relatif solid, konsisten dengan pertumbuhan di tengah tekanan penjualan pada awal tahun 2023.
“Pada tahun 2023 terjadi peningkatan sekitar 5% karena kejadian tidak normal, sistem kita mengalami crash dan shutdown. Selain itu juga terdapat permasalahan pada perintah BPOM yang menghentikan sementara penjualan sirup anak karena kejadian gagal ginjal berat pada anak-anak,” jelasnya dalam keterangannya, Sabtu (1/6/2024).
SDPC juga menargetkan pertumbuhan pendapatan dua digit pada tahun 2024 seiring dengan hilangnya tantangan-tantangan ini. Pada saat yang sama, laba bersih diperkirakan meningkat dua kali lipat.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menambah cabang baru dan direksi baru seiring dengan upaya meningkatkan penjualan. Selain itu, SDPC juga meningkatkan efisiensi terutama dalam penggunaan pinjaman perbankan.
“Kami targetkan total membuka 10 cabang baru di Indonesia, saat ini sudah ada 35 cabang, target kami akan membuka minimal 2 cabang baru setiap tahunnya, tahun ini sudah ada kemajuan pembangunan Cheetah cabang Pematang dan satu cabang lagi. Yang kami rekomendasikan kepada Panglima adalah cabang Palu,” ujarnya.
Sementara itu, Komisaris Millennium Pharmacon International Zulkifli bin Jafar menjelaskan pihaknya berupaya meningkatkan kinerja penjualan SDPC dalam jangka menengah dan panjang.
“Saya lihat Rp 6 triliun Rp 7 triliun, tapi saya berharap minimal 2 kali lipat dari kinerja sekarang, artinya 3-4 tahun ke depan kalau asumsi sekarang Rp 4 triliun, saya harap dalam 2-.3 tahun akan menjadi Rp 8 triliun,” ujarnya.
Menurutnya, tujuan pertumbuhan tersebut masuk akal, apalagi ada mitra strategis yang juga berinvestasi di SDPC. Berdasarkan perhitungannya, pangsa pasar alat kesehatan di Indonesia mencapai 176 triliun dolar. Ketika SDPC dapat memperoleh setidaknya 10% dari nilai ini, penjualannya akan meningkat secara signifikan.
Berdasarkan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2023, penjualan SDPC sebesar Rp3,36 triliun, meningkat 5,08% dibandingkan tahun 2022 yaitu sebesar Rp3,2 triliun pada tahun 2022.
Seiring dengan peningkatan penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat sebesar 4,78% menjadi Rp3,07 triliun pada tahun 2023. Alhasil, laba kotor SPDC meningkat dari Rp269,63 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp292,34 miliar pada akhir tahun lalu.
Pendapatan operasional lainnya SDPC juga meningkat lebih dari lima kali lipat menjadi Rp16,39 miliar pada tahun 2023. Sedangkan beban lain-lain seperti beban penjualan dan umum serta Administrasi sedikit meningkat menjadi Rp56,22 miliar dan Rp139,3 miliar.
Dengan demikian, laba usaha SDPC meningkat 42,5% dari Rp 73,96 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp 105,4 miliar pada tahun 2023. Induk perusahaan meningkat 35,25% menjadi 33,08 miliar kip dibandingkan tahun 2023 sebesar 24,46 miliar kip pada tahun 2022.
Pada saat yang sama, total aset SDPC terus tumbuh dan tumbuh secara eksponensial. Pada akhir tahun 2023, total aset SDPC sebesar Rp 1,63 triliun, meningkat 16,99 persen dari tahun 2022 sebesar Rp 1,4 triliun.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan aset lancar dari Rp1,26 triliun menjadi Rp1,45 triliun. Sedangkan total aset tetap meningkat 34,7% menjadi 192,03 miliar dollar AS pada akhir tahun 2023.
Di sisi lain, total utang SDPC pada tahun 2023 sebesar Rp 1,36 triliun dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 1,14 triliun. Peningkatan ini konsisten dengan peningkatan utang jangka pendek dan jangka panjang yang masing-masing berubah menjadi Rp 1,29 triliun dan Rp 1,11 triliun. . .
Alhasil, total modal emiten Antangin tetap sehat, meningkat Rp18,8 miliar menjadi Rp277,71 miliar di akhir tahun 2023. SDPC juga berhasil meraih peningkatan kas sebesar 129% menjadi Rp58,89 miliar di akhir tahun 2023. Pada tahun 2023, tercatat saldo hanya Rp 25,66 miliar pada tahun 2022.
Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel