Bisnis.com, NUSA DUA – Pemerintah Indonesia akan mencoba menjajaki kemungkinan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika. Salah satu sektor potensial yang teridentifikasi adalah pengembangan baterai untuk kendaraan listrik (EV).

Menteri Penanaman Modal/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rossan Roslani mengatakan, masih banyak peluang untuk dikembangkan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara di Afrika. 

Rosson menjelaskan, upaya kerja sama internasional juga sejalan dengan visi EMAS Indonesia 2045 untuk menjadi negara maju. Untuk mencapai visi tersebut, negara-negara Afrika dapat bekerja sama untuk mengatasi permasalahan mulai dari pengembangan sumber daya manusia hingga penguatan pertumbuhan ekonomi.

“Kami yakin pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan tanpa peningkatan modal. Kami (Indonesia) pasti bisa berbagi dengan teman-teman di belahan bumi selatan,” kata Rosen pada High-Level Multilateral Partnership Forum (HLF MSP) 2024. Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Senin (2/9/2024).

Rosen mengatakan salah satu bidang yang memungkinkan Indonesia dan negara-negara Afrika dapat bekerja sama adalah pengembangan baterai atau kendaraan listrik.

Ia mengatakan, baik Indonesia maupun negara-negara Afrika memiliki sumber daya alam yang dapat saling melengkapi untuk membangun industri ini.

Ia menjelaskan, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya lain seperti kobalt dan mangan.

Di sisi lain, negara seperti Zimbabwe memiliki cadangan litium terbesar di Afrika. Rosson mengatakan litium juga menjadi bahan penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Sedangkan Indonesia tidak punya litium. Maroko juga punya komponen seperti fosfat yang juga merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Kita saling melengkapi dalam hal ini, kata Rosson.

Potensi kerja sama lain antara Indonesia dan Afrika adalah di bidang maritim yaitu pengembangan industri rumput laut, lanjut Rosen. Menurutnya, Indonesia mempunyai peluang besar di bidang tersebut, mengingat posisi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia.

“Industri rumput laut dan produk hilirnya dibutuhkan untuk segala hal, seperti obat-obatan, pangan, dan sebagainya. Kami sangat terbuka terhadap negara-negara Afrika untuk membantu mengembangkan industri ini,” ujarnya. 

Selain itu, Rosson juga menyebutkan terdapat potensi kerja sama kedua belah pihak di bidang perkebunan kelapa sawit, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit dunia.

Rosson menambahkan, Indonesia juga berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Ia mengatakan, saat ini sekitar 12-13% penduduk Indonesia mengenyam pendidikan tinggi.

Sehubungan dengan itu, pemerintah sedang mengembangkan program pelatihan vokasi yang melibatkan perusahaan swasta nasional dan multinasional.

“Pemerintah juga akan memberikan insentif bagi [perusahaan] yang mengikuti program pengembangan sumber daya manusia ini, yaitu insentif pajak sebesar 200 persen,” kata Rosen.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA