Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana meningkatkan produksi minyak sekitar 100.000 barel per hari (bopd) dari lapangan migas baru pada tahun 2028. 

Menteri Energi dan Mineral Arifin Tasrif mengakui produksi minyak Tanah Air terus menurun sejak tahun 2020. Kementerian ESDM menyatakan produksi minyak per 2 Juni 2024 hanya 578.000 bopd, berada di bawah. sasaran APBN tahun 2024. yang ditetapkan sebesar 635.000 bopd. 

Oleh karena itu, Arifin sangat menantikan hal-hal baru yang bisa mereka hasilkan di tahun 2028. 

“Ini relatif, dalam jangka pendek dan pendek, enam penambang [see oil] diharapkan bisa mulai berproduksi pada 2028. Tapi jumlahnya berkurang sekitar 100.000 barel,” kata Jenderal Migas Kementerian ESDM. Sumber Daya Mineral, Jumat (8.2.2024).

Keenam lapangan tersebut merupakan lapangan Forel pertama yang dioperasikan oleh Medco S. Natuna Sea B, dengan perkiraan produksi sebesar 10.000 bopd dan diharapkan selesai pada kuartal keempat tahun 2024.

Kedua, Lapangan Ande-Ande Lumut yang dikelola Prima Energy NW Natuna dengan perkiraan produksi 20.000 bopd yang diperkirakan akan beroperasi pada kuartal I 2028.

Ketiga, Lapangan Singa Luat Kuda yang dikelola Harbour Energy dengan estimasi produksi sebesar 20.313 bopd diperkirakan akan mulai beroperasi pada kuartal terakhir tahun 2026.

Keempat, Lapangan OO-OX yang dioperasikan oleh PHE ONWJ dengan estimasi produksi sebesar 2.996 bopd diperkirakan selesai pada kuartal I tahun 2026.

Kelima, Lapangan BUIC dioperasikan oleh Mobil Cepu Ltd dengan estimasi produksi sebesar 19.206 bopd dan diperkirakan selesai pada kuartal III 2024.

Keenam, Lapangan Hidayah yang dikelola Petronas Madura Utara dengan perkiraan produksi 25.276 bopd diharapkan selesai pada kuartal I 2027.

Selain menciptakan peluang di enam wilayah tersebut, Arifin mengatakan pemerintah juga berupaya menghidupkan kembali sumber daya migas.

“Jadi dulu pemulihannya biasanya hanya 30 persen, sekarang kami coba minta agar Pertamina ditingkatkan menjadi 50 persen,” ujarnya.

Arifin mengatakan, nantinya Pertamina akan bekerja sama dengan perusahaan yang sudah berpengalaman dan berteknologi. Salah satunya adalah perusahaan Tiongkok.

“Makanya kita susun agar ini bisa dihilangkan. Nah, kita harapkan mulai saat ini lebih banyak lagi yang terangkat,” kata Arifin.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel