Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Komjen Perin) mengungkapkan pengapalan produk impor ke pasar dalam negeri menjadi penyebab stagnasi selama 5 bulan berturut-turut.
24 Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) disebut mengalami penurunan inflasi bulanan (month-on-month/mtm) sebesar 0,12 persen pada September 2024. Syarat pendaratan sudah diberlakukan sejak Mei lalu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Karthasasmita mengatakan dari sisi sektor manufaktur, turunnya inflasi disebabkan adanya produk impor yang berdampak pada industri luar negeri.
“Kalau pasokannya banyak, apalagi lewat impor pasti berdampak pada inflasi. Makanya kita lihat karena banyak barang yang masuk ke Indonesia,” kata Agus di kantor Kementerian Perindustrian, Senin. 10/) 2024).
Namun, dia menegaskan, penyebab penurunan inflasi mungkin berbeda dengan pandangan sektor lain. Ia meyakini deflasi bisa diatasi dengan membatasi produk impor yang murah.
Fabri Hendri Anthony Aref, Juru Bicara Kementerian Perindustrian, mengatakan pembatasan produk impor murah memungkinkan harga pasar produk manufaktur naik.
Bahman Mah mengatakan, “Jika harga produk yang dihasilkan di pasar dalam negeri meningkat maka akan meningkatkan permintaan produksi. Jika produksi meningkat maka industri akan lebih berani memberikan insentif tambahan atau merekrut tenaga kerja baru.”
Ia meyakini, jika tenaga kerja baru bertambah maka pendapatan dan daya beli masyarakat akan meningkat, sehingga inflasi pun akan menurun. Sebab jika daya beli pulih, harga pokok barang produksi bisa naik.
Oleh karena itu, Februari meminta kementerian/lembaga terkait menerapkan kebijakan pembatasan impor barang jadi untuk mengatasi akar penyebab deflasi selama 5 bulan berturut-turut.
Ia mengatakan: “Saat ini banyak produk impor yang harganya murah, sehingga harga barang impor seperti tekstil, ubin keramik, dan pakaian jadi meningkat, dan menurut kami hal ini dapat menyebabkan penurunan harga.”
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA