Bisnis.com, BEIJING – Peluang kerja sama Indonesia dan China di bidang otomotif, petrokimia, dan semikonduktor terbuka.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang bertemu dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok (MIIT) Jin Zhuanglong pada 12 Juni 2024 hingga 13 Februari 2024 di Beijing, Tiongkok.

Dalam agenda tersebut, Agus dan Zhuanglong membahas sejumlah peluang kerja sama industri yang dapat digarap kedua negara.

Menperin menyampaikan, peluang investasi baru di sektor petrokimia masih terbuka dan menguntungkan. 

Dijelaskannya secara rinci, kapasitas industri petrokimia Indonesia saat ini mencapai 14 juta ton per tahun. Namun jumlah tersebut masih belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Keadaan ini, lanjutnya, membuat total impor produk petrokimia meningkat menjadi 8,5 juta ton dengan perkiraan nilai 9,5 miliar dolar. 

Agus menyebut China sebagai salah satu pemain petrokimia global. Negeri Panda dapat mengoptimalkan banyak sumber daya minyak, gas, dan batu bara menjadi produk kimia unggulan.

“Kami mengundang investor Tiongkok dengan tangan terbuka untuk berinvestasi di industri petrokimia Indonesia, dan saya jamin akan mudah berinvestasi di Indonesia,” jelasnya.

Selain industri petrokimia, Agus juga menjajaki peluang MIIT China untuk berinvestasi di bisnis semikonduktor Indonesia. Indonesia akan fokus pada industri hulu atau desain semikonduktor.

Tak mau kalah, Menteri Perindustrian menyoroti kontribusi industri kendaraan listrik baterai (BEV) terhadap ekosistem EV di Indonesia. Peluang pengembangan di sektor ini masih sangat besar.

“Dari enam industri BEV yang ada di Indonesia, empat diantaranya merupakan industri BEV asal Tiongkok. “Hal ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan industri Tiongkok terhadap pasar Indonesia, tetapi juga mempererat hubungan ekonomi kedua negara yang semakin erat,” ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel