Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merespons Industri Pengolahan Susu (IPS) yang disinyalir masih paling sedikit menerima susu segar dalam negeri (SSDN) dari peternak dan pengepul.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Menperin) mengatakan, pihaknya mendukung Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang ingin industri menyerap bahan susu dari peternak lokal.
Dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa (12/11/2024), Agus mengatakan: “Langkah ini membuktikan bahwa pemerintah berpihak pada petani kecil.
Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian, produksi SSDN dalam negeri saat ini memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu sebesar 20% yakni sekitar 750.000 ton.
Sementara itu, sekitar 530.000 ton bahan baku susu segar dari total kebutuhan dipasok oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak dengan standar mutu susu.
Sementara itu, 80% kebutuhan bahan baku susu masih harus dipenuhi dari impor. Di sisi lain, industri susu tumbuh 5% per tahun, sedangkan produksi susu hanya 0,9% per tahun, kata Agus.
Situasi ini mengakibatkan sebagian besar kebutuhan susu dalam negeri dipenuhi dari impor, dan kesenjangan antara bahan baku SSDN dengan impor semakin besar.
“Untuk memastikan kesenjangan ini tidak semakin lebar, Kementerian Pertanian sebagai pengawas peternak sapi perah dapat memberikan panduan mengenai pemerahan, penyimpanan, dan penanganannya sehingga sektor tersebut dapat memenuhi standar yang ditentukan,” ujarnya. .
Lebih lanjut, Agus mendukung partisipasi produsen susu masyarakat dalam Program Petani Milenium yang dicanangkan Kementerian Pertanian.
Aspirasi ini diharapkan semakin mendorong minat generasi milenial terhadap peternakan dan peternak sapi perah lokal untuk mencapai swasembada pangan khususnya susu.
Pada tahap ini, Kementerian Perindustrian melakukan pendampingan kepada industri melalui program kemitraan penyerapan bahan baku susu segar dari peternakan/koperasi rakyat, termasuk penyerapan pasokan susu segar melalui kontrak jangka panjang, dan pelatihan peningkatan kualitas SSDN. Pengembangan sarana/prasarana rantai pasok berupa sistem pendingin dan digitalisasi tempat pengumpulan susu (TPS).
Selain itu, pihaknya juga melaksanakan program digitalisasi dan modernisasi teknologi di 96 titik penerimaan susu (TPS) di Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 2022-2024.
Program ini mendukung upaya peningkatan kualitas susu dalam hal pemeliharaan rantai pasokan dingin, kontaminasi mikroba dan kandungan nutrisi (protein dan lemak) susu segar.
Agus juga mendukung masuknya produk susu ke dalam kebutuhan pokok dan barang pokok (Bapokting) sehingga dapat diajukan usulan untuk dimasukkan ke dalam neraca barang.
Merupakan wadah bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi menjaga kebutuhan pasokan susu nasional serta mengembangkan dan menjamin ketersediaan SSDN untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai bahan baku industri.
“Dengan kerja sama yang baik dan kerja sama seluruh pihak yang berkepentingan, diharapkan produktivitas dan kualitas susu lokal dapat ditingkatkan dan kebutuhan nasional dapat terpenuhi,” tutupnya.
Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel