Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan menggelar pertemuan dengan Presiden Hyundai pada pekan depan.

FYI: Merek asal Korea Selatan tersebut telah menyampaikan keluhannya terhadap kebijakan mobil listrik yang tidak konsisten.

Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan pemerintah sebenarnya telah memberikan banyak insentif pajak untuk mendorong jumlah mobil listrik di Indonesia.

Terkait protes Hyundai, ia mengaku belum mengetahui detail lebih lanjut. Namun, dia memastikan Airlangga akan bertemu dengan Presiden Hyundai untuk membicarakan berbagai persoalan.

“Kami dan Menko [Airlangga] akan bertemu dengan Presiden Hyundai minggu depan. “Mungkin berbagai pembahasan bisa kita selesaikan,” ujarnya, Rabu (15 Mei 2024) di Jakarta.

Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, sebelumnya mengatakan regulasi baru mobil listrik tidak konsisten, terutama bagi perusahaan yang sudah banyak berinvestasi di Indonesia.

Pasalnya, Perpres 79/2023 dan aturan turunannya membebaskan bea masuk dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) atas impor mobil listrik CBU, CKD, dan IKD.

“Rencana perubahan peraturan yang akan datang juga membuat kami tidak nyaman,” ujarnya, Sabtu (11/5/2024).

Hyundai kini telah menginvestasikan $3 miliar dalam ekosistem mobil listrik dengan tiga pabrik di negara tersebut.

Pertama adalah Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Cikarang yang menggenjot produksi mobil listrik hingga 70.000 unit per tahun.

Lalu ada HLI Green Power, perusahaan patungan antara Hyundai dan LG Energy Solutions.

Nilai investasi yang ditanam Hyundai pada pabrik baterai tersebut sekitar $1,1 miliar atau setara Rp17,03 triliun (kurs Rp15.487). Pabrik ini juga mampu memproduksi sel baterai hingga 10 GWh per tahun dan akan diperluas sehingga total produksinya bisa mencapai 20 GWh.

Selain itu, terdapat investasi sebesar 60 juta dolar atau setara Rp 929,22 miliar sebagai bagian dari pengembangan Hyundai Energy Indonesia (HEI) untuk memproduksi sistem baterai. Nantinya, pabrik ini akan mampu memproduksi 50.000 sistem baterai per tahun.

“Rencana perubahan peraturan yang akan datang juga membuat kami tidak nyaman,” ujarnya, Sabtu (11/5/2024).

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel