Bisnis.com, BADUNG – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendorong lembaga kesehatan Afrika, yakni Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC), untuk meningkatkan kapasitas penelitian dan produksi untuk pengembangan vaksin. 

Penyakit ini kembali menjadi epidemi setelah cacar monyet (Mpox) dan disebut sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Kepedulian Internasional (PHEIC) oleh WHO. Jumlah kasus yang terdeteksi terus meningkat di kawasan Afrika Tengah dan Barat, khususnya di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara Afrika lainnya. 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan dengan kemampuan yang dimiliki saat ini, Indonesia dapat bekerjasama dan bekerjasama dengan Afrika untuk mendirikan pusat produksi vaksin di Afrika. 

“Yang harus membangun [produk vaksin], yang membangun, yang punya, kita bantu teknologinya,” kata Budi usai berdiskusi di IAF 2024, Selasa (9/3/2024). . 

Terlebih lagi, Indonesia saat ini memiliki akses terhadap pengembangan, penelitian, dan kapasitas produksi teknologi mRNA. Untuk itu, Budi menegaskan Afrika harus memiliki fasilitas serupa. 

Sekadar informasi, perusahaan farmasi milik pemerintah, Biomfarma Group, berkolaborasi dengan WHO, Medicine Patent Pool 9MPP) dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI) untuk mengimplementasikan teknologi produksi mRNA. 

Kolaborasi ini memungkinkan Biopharma berkontribusi pada perluasan fasilitas manufaktur kelas dunia yang dapat memberikan akses cepat terhadap produksi vaksin pandemi di seluruh Dunia Selatan. 

Selain itu, pada Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 di Bali, Budi menyerukan agar negara-negara di Global South memiliki kemampuan riset dan manufaktur yang kuat, baik di Afrika, Asia, atau Amerika. 

“Saya sangat mendukung teman-teman saya di CDC Afrika bahwa Afrika harus memiliki penelitian dan produksi vaksin yang kuat,” ujarnya. 

Saat berdiskusi dengan para menteri dari berbagai belahan Afrika, Budi memaparkan sejumlah prediksi, seperti pemantauan dan penguatan sistem kesehatan yang diterapkan Indonesia dalam memerangi epidemi. 

Pertama, Indonesia memperkuat 10.000 klinik kesehatan primer otot dan klinik dengan seluruh alat monitoring, kemampuan deteksi berupa mesin PCR. 

“Kami kemudian mengembangkan 514 laboratorium kesehatan masyarakat yang dapat mengimplementasikan kemampuan pengurutan gen dan kemampuan pengujian PCR,” ujarnya. 

Selain itu, Budi mengungkapkan Kementerian Kesehatan akan mendonasikan 5.000 vaksin Mpox ke Afrika melalui African CDC, 30 mesin rapid tes molekuler (TCM) sejenis rapid PCR test untuk Covid-19, 12.000 reagen, dan obat Tecovirimat untuk 200 orang. . 

“Jika kami berhasil mendapatkan 10.000 vaksin dari Jepang, kami berjanji Menteri Luar Negeri saat ini [Retno Mersudi] akan membantu kami dalam perundingan, dan 5.000 akan kami berikan ke Afrika,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel