Bisnis.com, Jakarta — Kebijakan Tabungan Utilitas Umum (Tapera) baru disahkan beberapa hari lalu. Meski menuai kontroversi, penerapan tarif gotong royong untuk perumahan dinilai bisa menjadi peluang baru bagi penyedia properti.

Seperti diketahui, regulasi di Tapera diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2024 Tentang Perubahan PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tabungan Perumahan Utilitas Umum (Tapera) yang direncanakan pada 20 Mei 2024.

Berdasarkan ketentuan tersebut, simpanan peserta Tapera berasal dari PNS seperti PNS, BUMN, perusahaan swasta, dan pekerja mandiri.

Dana iuran Tapera akan mulai ditarik dari pekerja pada tahun 2027. Dalam aturan tersebut, besaran simpanan peserta ditetapkan sebesar 3% dari gaji atau upahnya. Rinciannya, pemberi kerja menyumbang 0,5% dan pekerja 2,5%.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, meski menuai kontroversi, penerapan Tapera akan menjadi peluang baru bagi industri real estate di masa depan.

“Bagi Tapera secara umum dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan industri real estate tanah air,” ujarnya seperti dikutip Bisnis, Rabu (29/5/2024).

Namun Nafan menilai hal itu tergantung implementasi di lapangan. Pasalnya, banyak pemain industri real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak.

Ia pun menilai penerapan Tapera harus lebih tepat sasaran. Sebab, ada masyarakat pekerja yang kini menjadi pemilik rumah, baik melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).

“Di masyarakat kita memang ada yang sudah menjalankan atau melakukan proses CPR atau KPA setiap bulannya, namun setidaknya perdebatan ini perlu dibahas kembali di tingkat legislatif,” ujarnya.

Nafan juga menegaskan, kinerja fundamental baik bottom line maupun top line akan terus diandalkan untuk menentukan pergerakan saham di sektor real estate.

Secara terpisah, Direktur Ciputra Development (CTRA) Harun Hajadi mengatakan pihaknya hingga saat ini belum mengkaji secara detail implementasi program Tapera yang bertujuan menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun dia mengatakan masuk kategori perumahan berpendapatan rendah (MBR) masih terbuka.

“Jadi, saya belum bisa berkomentar. Itu [topera bisa masuk ceruk pasar] kalau posisi programnya tepat,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (29/5/2024).

Ia juga mengatakan, pihaknya belum melakukan analisa apa pun terhadap kemungkinan perumahan Tapera. Pasalnya, portofolio perumahan CTRA fokus pada produk kelas menengah ke bawah.

“Jujur kami belum sempat menganalisa [potensi Perumahan Tapera] karena kami belum pernah bermain di MBR. Jadi belum ada sentimen di pasar,” kata Haroon.

Di sisi lain, BP Tapera telah mengajukan kriteria pengembang yang berminat menggarap Rumah Tapera.

Seperti dilansir dari situs resminya, pengembang harus membangun perumahan bersubsidi minimal 500 unit dalam tiga tahun terakhir.

Selain itu, pengembang telah mendapatkan pembiayaan perumahan dari perbankan minimal Rp 10 miliar dengan kualitas baik dan berencana membangun minimal 100 rumah bersubsidi.

Berdasarkan perjanjian kerja sama pada akhir tahun 2023, BP Tapera dan 20 asosiasi perumahan sepakat untuk bekerja sama membangun rumah layak huni.

Ruang lingkup kerjasama ini meliputi pemanfaatan data supply dan demand, pengelolaan aplikasi, pembangunan perumahan, pedoman regulasi perumahan layak huni, serta monitoring dan evaluasi perumahan layak huni.

Sementara itu, indeks properti dan real estat (IDXPROPERT) mengalami koreksi selama beberapa hari meskipun ada katalis positif dari program BP Tapera.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham properti dan real estate justru terkoreksi 0,22% ke level 619 pada Selasa (28/05/2024). Sedangkan dalam 5 hari terakhir perdagangan pasar saham, indeks real estate turun 3,58%.

Kemarin Rabu (29/05/2024) beberapa saham sektor utama real estate juga terlihat diperdagangkan. Misalnya BSDE terkoreksi 0,53%, SMRA melemah 1,90%, dan LPCK melemah 1,5%.

Faktanya, program tabungan perumahan masyarakat atau tapering diperkirakan akan berdampak negatif dan positif terhadap saham-saham di beberapa sektor.

Valdi Kurniawan, Head of Fintraco Securities Research menilai saham-saham terkait perumahan dan pembangunan infrastruktur diperkirakan mendapat sentimen positif.

Misalnya, bank Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang punya saham di sektor pembangunan rumah dan semen.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel