Bisnis.com, JAKARTA – Dinonaktifkannya Pusat Transit Nasional (PDNS) 2 di Surabaya pada Kamis (20/6/2024) yang dioperasikan Telkomsigma (Telkom) disebut berdampak pada kepercayaan diri para tenant. Ketidakpercayaan ini dikhawatirkan akan menular ke pemain lain.

Isu pencurian yang dilakukan kelompok ransomware Brain Cipher juga menimbulkan pertanyaan mengenai kelangsungan bisnis Badan Intelijen Nasional, mengingat bisnis lembaga tersebut adalah bisnis yang terpercaya. Pemain pusat data seperti gudang data dipercaya untuk menjaga “minyak segar” perusahaan. 

Asosiasi Teknologi Informasi Indonesia (IDPRO) memperkirakan kapasitas pembangkit listrik Indonesia akan mencapai 210 megawatt (MW) pada tahun 2024, menurut dokumen Bisnis. Artinya, kapasitas pabrik akan meningkat sebesar 44,83% dibandingkan tahun lalu.

Sejumlah faktor peningkatan kapasitas pusat informasi terjadi sehubungan dengan kecepatan Internet di Indonesia yang mencapai 77% dalam satu tahun, dan perubahan teknologi Indonesia.

Peningkatan kapasitas ini terjadi karena perusahaan meyakini trafik Internet yang besar di Indonesia memerlukan dukungan perusahaan seperti host server atau data center. 

Namun Asosiasi Produk Cloud Indonesia (ACCI) menyatakan pencurian data perusahaan berdampak signifikan terhadap kepercayaan terhadap Pusat Data Nasional (PDN).  

CEO ACCI Alex Budianto mengatakan peretasan PDNS 2 merupakan pembelajaran besar dalam tata kelola perusahaan.

ACCI tidak siap, pihaknya menilai kejadian ini akan membuat institusi lain enggan menggunakan PDN kecuali ada jaminan tata kelola dan manajemen risiko yang baik. Untuk itu, Alex merekomendasikan agar tata kelola dan manajemen risiko diterapkan secara efektif.

Senin (7/8/2024), Alex mengatakan kepada Bisnis, “Tata kelola dan manajemen risiko yang baik harus diterapkan agar jika terjadi krisis, reksa dana berkurang agar cepat pulih.”

Untuk pengelolaan yang lebih baik, Alex menyarankan agar Kementerian Komunikasi dan Media (Kemenkominfo) bekerja sama dengan lembaga informasi profesional dan operator industri cloud computing di Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika diundang menjadi direktur dan pengawas PDN.  

“Jangan membangun dan mengerjakannya sendiri, Kementerian Komunikasi dan Informatika hanya bisa menjadi otoritas yang menetapkan aturan, seperti mematuhi layanan data center atau cloud computing untuk melayani pemerintah,” ujarnya.

Dari segi distribusi, Alex mengatakan anggaran pemain untuk investasi pusat data sangat bergantung pada ukuran, jumlah pelanggan, dan kebutuhan pelanggan.

Ragu

Sementara itu, CEO Badan TIK Indonesia Heru Sutadi mengatakan dampak serangan ransomware di PDNS 2 membuat para penyewa curiga.

Ia meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan “bersih-bersih” dengan mengubah manajemen operasional, perencanaan, dan sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di pusat data PDN.

“Para penyewa di PDN akan curiga dengan situasi ini. “Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan pada SOP [standar operasional prosedur], perencanaan, kepegawaian, dan lain-lain, untuk menjamin kepercayaan,” kata Heru kepada Bisnis.

Dalam hal ini, Heru menjelaskan, pemerintah harus mengubah dan memperbaiki pengelolaan lembaga tersebut. Jika tidak, maka pekerjaan perusahaan di masa depan akan sulit.

Ia menjelaskan, “Sebenarnya perlu adanya perbaikan agar lebih banyak lagi masyarakat, pengguna jasa, pusat informasi, termasuk Pusat Informasi Nasional, yang dapat memanfaatkan pusat informasi untuk menyimpan informasi atau memberikan rekomendasi kepada masyarakat.”

Menurut Heru, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan siber, antara lain lemahnya sistem keamanan siber, adanya malware atau ransomware, peretas yang tidak terpercaya, serta ketidaktahuan tim keamanan dan manajemen PDNS 2 Surabaya.

Heru juga menyarankan agar dana bersama diperhitungkan sejak awal perencanaan pembangunan objek tersebut. Misalnya ada PDN dasar, PDN pemulihan, dan PDN pemulihan dari domain publik.

“Manajemen risiko juga harus dipertimbangkan. Jadi kalau ada masalah, SOPnya harus jelas, para pihak harus jelas dan cepat, ujarnya.

Ardi Sutedja, Direktur Asosiasi Keamanan Siber Indonesia, mengatakan kejadian PDNS 2 telah mengajarkan pengguna layanan untuk lebih terlibat dalam memilih perangkat atau layanan informasi.

Lebih lanjut, Ardi mengatakan permasalahan tersebut berdampak pada masa depan badan intelijen, karena serangan ransomware sudah menjadi permasalahan global. Selain itu, peretasan PDNS 2 juga berdampak pada citra dan integritas industri.

Artinya, dari sudut pandang bisnis global, PDN yang paling maju pun akan hancur, karena PDN bukan sekedar pemerintah, tapi barometer, kata Ardi saat diwawancara Bisnis.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA