Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menyiapkan agregator yang menangani barang ekspor dan produk lokal agar mampu bersaing dengan produk luar negeri, serta membatasi barang impor dari luar negeri.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menilai jika produk Indonesia tidak berdaya saing maka akan memudahkan produk impor, termasuk Indonesia, untuk masuk ke pasar.
“Kalau kita tidak kompetitif, akan ada produk impor. “Dengan begitu, kita akan menyiapkan agregator barang ekspor dan barang dalam negeri,” kata Budi saat ditemui usai acara serah terima Menteri Perdagangan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (21/10/2024).
Diketahui, impor Indonesia September 2024 mengalami penurunan sebesar 8,91% MtM menjadi USD 18,82 miliar, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia mengalami penurunan pada periode yang sama.
Pelemahan impor September 2024 terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar 9,55% maupun pada sektor migas sebesar 4,53%. dibandingkan bulan sebelumnya.
Hal ini sekaligus dilaksanakan sebagai bagian dari salah satu program utama yang akan dilaksanakan Kementerian Perdagangan di Dewan Putih dan Merah, yaitu terkait pengamanan pasar dalam negeri. Selain itu, Budi menjelaskan Indonesia memiliki pasar yang cukup besar.
“Tapi kita tidak ingin pasar ini hanya diisi asing. Nah, kelemahan kita adalah daya saing kita. Kita harus kompetitif,” jelasnya.
Budi menambahkan, Kementerian Perdagangan juga mempunyai program besar lainnya yakni memperluas pasar ekspor dan meningkatkan peluang ekspor bagi usaha kecil dan menengah.
Menurut Budi, banyak tugas yang harus diselesaikan. Pasalnya, angka kewirausahaan di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara maju, hanya 3,47%. Sementara persentase kewirausahaan di negara maju adalah 10-12%.
Untuk itu, Budi mengatakan sektor perdagangan ingin terus mengekspor UKM lokal. “Nanti programnya akan kita buat, karena sebenarnya instrumen ketiga program itu semua ada di Kementerian Perdagangan, mulai dari kebijakan, kemudian unit level satu yang mendukung semuanya,” jelasnya.
Berdasarkan data dunia usaha, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat terdapat sekitar 4,9 juta wirausaha di Indonesia. Sedangkan untuk mencapai 4% sebagai negara maju, setidaknya harus ada 800.000 wirausaha yang lahir di Indonesia.
“Saya optimis kalau kita serius, Insya Allah tujuan itu akan tercapai,” kata Asisten Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Siti Azizah.
Di sisi lain, menurut Azizah, keberadaan kewirausahaan harus dikembangkan di sekolah. Namun, dia juga mengakui laju usaha dan jumlah pemilik usaha berfluktuasi. Selain itu, ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, berdampak besar terhadap tingkat kewirausahaan Indonesia pada tahun 2020.
Munculnya Covid di Indonesia pada bulan Maret 2020 memberikan pukulan berat bagi dunia usaha di Indonesia sehingga menyebabkan kewirausahaan Indonesia turun menjadi 2,93% dan kewirausahaan Indonesia menjadi -7,16%.
“Karena kita tahu sifat perusahaan-perusahaan itu, kalau tidak stabil akan gulung tikar, tapi kalau stabil akan tetap beroperasi,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel