Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) kembali ditutup di Rp 50 atau stagnan pada akhir perdagangan Kamis (20/06/2024). Pergerakan stagnan harga saham GOTO ini terjadi saat Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25% saat rapat Direksi (RDG) BI.
Paulus Jimmi, Kepala Riset Sucor Sekuritas, menjelaskan tekanan jual saham GOTO cukup tinggi seiring dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa pekan terakhir.
Jimmy menjelaskan, tekanan jual saham GOTO berasal dari beberapa faktor seperti penurunan dan kurangnya likuiditas di pasar modal Indonesia serta pergeseran portofolio ke saham-saham yang fundamentalnya lebih baik, seperti bank-bank berkapitalisasi besar.
“Tekanan jual juga terjadi akibat menurunnya kepercayaan investor terhadap bisnis GOTO, terutama di tengah tantangan makroekonomi seperti saat ini,” kata Jimmy, dihubungi, Rabu (19/06/2024).
Jimmy melanjutkan tekanan jual tersebut, Sucor Securitas melihat kecil kemungkinan saham GOTO pulih dalam waktu dekat.
“GOTO tetap kami pegang, namun investor diharapkan lebih bijak dalam menilai risiko dan imbalan pasar saat ini, terutama pada saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi seperti GOTO,” kata Jimmy.
Vicki Rosalinda, Analis Kivoom Securities Equity Research, menjelaskan anjloknya saham GOTO salah satunya disebabkan hengkangnya pendiri GOTO. Menurut Wiki, reaksi investor negatif.
Meski demikian, Vicki melihat masih ada peluang saham GOTO untuk rebound dengan banyaknya pemegang saham dan hak suara yang dialihkan ke Patrick Valuyo. Vicki meyakini masuknya Patrick Valuyo sebagai pemegang saham Seri B akan berdampak baik pada proses pengambilan keputusan dan arah kebijakan GOTO ke depan yang semakin matang.
Namun untuk saat ini jawabannya masih negatif dan hanya bersifat sementara, kata Vicky.
Kivoom Sekuritas menyarankan Anda menunggu dan melihat aksi GOTO terlebih dahulu. Sementara Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi hold dengan target harga Rp 71 untuk GOTO.
***
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan VA Channel