Bisnis.com, JAKARTA – Media asing turut menampilkan perilaku Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tetap optimis di tengah pelemahan nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika (AS) dalam 4 tahun terakhir.

Melansir Bloomberg, Selasa (11/6/2024), sikap optimistis Jokowi menuai pertanyaan dan dinilai mengabaikan kekhawatiran dampak luas pelemahan rupiah.

Nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp16.200-Rp16.300 terhadap dolar AS, transaksi bisnis hampir sepanjang bulan Juli masih dalam kondisi baik, kata Jokowi kepada wartawan, Senin malam (10/6/2024).

Dalam laporannya, Bloomberg juga menyoroti pernyataan Jokowi yang menyatakan semua negara berada dalam tekanan dolar.

Komentar Jokowi tersebut dinilai sangat kontras dengan perilaku Indonesia pada April 2024, ketika seluruh jajaran pemerintahan dianggap membantu mencegah pelemahan mata uang.

Pada saat itu, lembaga pemerintah diberi wewenang untuk menunda pembelian dalam jumlah besar dalam dolar. Sedangkan eksportir harus mengembalikan uangnya dalam mata uang asing. Tindakan ini dibarengi dengan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga menjadi 6,25%.

Dalam kesempatan ini mereka memperkenalkan Direktur Eksekutif Bank Indonesia Jasa Keuangan Edi Susanto. Dalam pernyataannya, Bank Indonesia justru memberikan ‘tunjukkan’ yang lebih optimis dibandingkan pernyataan Jokowi.

“Rupiah akan terkendali dan menguat di atas 16.300 per dolar,” kata Edi Susianto, dari Bloomberg, Selasa (11/6/2024).

Bank Indonesia yang merupakan Bank Sentral menegaskan akan melanjutkan upaya seperti intervensi pasar untuk meningkatkan arus keluar uang dan menstabilkan rupiah.

Susianto juga menegaskan melimpahnya pasokan dolar di eksportir dan mengalirnya mata uang asing akan menopang rupiah. Dalam hal ini, Bank Indonesia dinilai tidak mempertimbangkan kenaikan BI-Rate dan memilih mengambil langkah lain untuk mengatasi perubahan nilai tukar dolar.

(Nona Amalia)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA