Bisnis.com, Jakarta – Petronas Indonesia berniat mengembangkan lapangan Hidayat yang terletak di wilayah kerja Madura Utara 2. 

Wembo Nua Nugroho, Vice President Operasi Produksi Petronas Indonesia, mengatakan dalam siaran persnya: “Kami berharap laju pertumbuhan Hedayah akan terus berlanjut sesuai rencana, terutama ketika produksi diperkirakan mencapai 19.000 barel per hari pada tahun 2027.” Kamis (1/8/2024). 

Petronas Indonesia mencatatkan produksi migas sebesar 25.000 barel minyak per hari (boepd) dari total aset produksi dan hak partisipasi (PI) pada kuartal II tahun ini.

Wimboh mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi industri migas Indonesia melalui pengembangan bisnis berkelanjutan.

Komitmen tersebut diwujudkan melalui perpanjangan kontrak bagi hasil WK Ketapang di utara Pulau Madura yang dapat terus dioperasikan Petronas hingga tahun 2048, ujarnya.

Sementara itu, pemerintah pada 27 Desember 2022 menyetujui rencana awal pengembangan lapangan atau POD I lapangan Al-Hidayah bagian WK Madurai Utara II. Petronas menemukan deposit tersebut setelah mengebor tiga sumur eksplorasi di kawasan ini. 

Sumur terakhir yang dibor adalah Al-Hidaya-1 yang diperkirakan menghasilkan cadangan minyak sebesar 88,55 juta barel (MMTB). 

Lapangan Al-Hidayah terletak 6 kilometer sebelah utara Pulau Madura. Banyak ladang minyak dan gas yang sudah beroperasi di wilayah ini. 

SKK Migas menargetkan lapangan ini mulai beroperasi komersial pada awal tahun 2027 dengan tingkat produksi 8.973 barel minyak per hari.  

Ladang Al Hidayah diperkirakan akan menghasilkan 25.276 barel minyak per hari dan mencapai puncak produksi pada tahun 2033. Diperkirakan lapangan ini akan aktif berproduksi selama 15 tahun (2027-2041). 

Operator blok diharapkan memberikan kontribusi sekitar USD 2,1 miliar atau Rp 31 triliun terhadap pendapatan daerah pada periode ini. 

Sementara itu, perkiraan biaya yang diperlukan untuk mengembangkan lapangan Al-Hidayah antara lain biaya investasi (tidak termasuk sunk cost) sekitar US$ 926 juta; biaya operasional, termasuk PBB, hingga ladang tersebut mencapai ambang batas keekonomian sekitar $1,99 miliar; Biaya pengabaian dan restorasi situs (ASR) sekitar $201 juta.   

Diberitakan sebelumnya, Petronas berencana melepas atau mengembangkan sebagian hak penyertaan (PI) di dua properti kerjanya di Indonesia, Blok North Madura II dan Blok Bobara. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko pengembangan kedua bidang tersebut.

Petronas saat ini menguasai 100% eksploitasi North Madura 2 di lepas pantai Jawa Timur dan wilayah eksplorasi perairan dalam Bupara di Papua Barat. 

Benny Lupiantara, Wakil Presiden Bidang Eksplorasi, Pengembangan dan Pengelolaan SKK Migas, mengatakan pelepasan sebagian PI tersebut untuk mengajak mitra baru agar berbagi risiko dalam pengembangan lapangan tersebut. 

“Petronas akan mengurangi porsinya dengan mengajak mitra lain untuk berbagi ilmu,” kata Beni dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Menurut Penney, pengalihan jenis ini paling banyak terjadi di industri minyak dan gas karena memiliki risiko yang signifikan. 

Berdasarkan pengajuan SKK Migas, beberapa lapangan lain yang sedang dibangun antara lain WK Akia dan WK Andaman I, serta beberapa lapangan eksploitasi seperti WK Raja/Pendopo, WK Pandan, WK Offshore Duyung, WK Tarakan Offshore dan WK. Ojan Kummering, W.K. Madura Tenggara dan WK Brantas. 

Benny juga mengatakan SKK Migas terus berupaya menjaring calon mitra baru untuk berinvestasi di bidang migas di Indonesia. Sejumlah perusahaan migas internasional berskala menengah telah menyatakan minatnya untuk memasuki pasar Indonesia. 

“Akan ada peluang bagi perusahaan lain untuk bekerja di sana,” tambahnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel