Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih optimistis dengan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,80% pada tahun ini, meski situasi manufaktur di Tanah Air sangat sulit. 

Kondisi tersebut tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang menurun menjadi 48,9 pada Agustus 2024 dari 49,3 pada bulan sebelumnya. Faktanya, indeks berhasil mempertahankan ekspansi selama 34 bulan sebelumnya. 

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pihaknya masih berupaya mempertahankan target pertumbuhan tersebut hingga akhir tahun ini. Salah satunya adalah kebijakan ketersediaan bahan baku industri, seperti harga gas alam tetap (HGBT). 

“Kita masih di angka optimis tersebut dan ada beberapa kebijakan yang bisa kita optimis, seperti segera diberlakukannya HGBT, khususnya RPP [rancangan peraturan pemerintah] yang juga akan memberikan kepastian bagi industri,” Febri dikatakan. ditemui Bisnis dikutip Senin (9/9/2024). 

Febri merujuk pada rencana pemerintah memperluas kebijakan LGBT pada pembahasan RPP gas bumi untuk keperluan industri yang telah disetujui Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurutnya, program ini penting bagi pengguna gas bumi sebagai bahan baku untuk mempengaruhi produksi. Akibatnya, produksi industri manufaktur terus tumbuh dan mempengaruhi indikator pertumbuhan industri.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sektor pengolahan nonmigas pada triwulan II tahun 2024 mencapai 4,63% (dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya). tahun). 

Kinerja tersebut masih jauh dari target sebesar 5,80% pada akhir tahun ini. Sedangkan pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun 2023 mencapai 4,69%, di bawah target sebesar 4,81%. 

“Alasan kami memasang target 5,8% kemarin karena kami melihat bahan baku yang kami coba sediakan untuk industri,” ujarnya. 

Di sisi lain, Febri mengatakan Kemenperin mengandalkan peningkatan kinerja industri pangan yang pangsa produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II 2024 cukup besar yakni sekitar 5,53%. 

“Industri pangan ditopang oleh CPO [crude palm oil], CPO terbesar kita, sekarang harga CPO internasional lagi-lagi turun, ini yang menjadi kekhawatiran. Kita menatap masa depan dengan program B50, mensubordinasikan CPO untuk menjaga pertumbuhan produksi, ” jelasnya. 

Tak hanya itu, Febri optimistis pertumbuhan industri elektronik dapat terus berlanjut hingga akhir tahun 2024. Sementara indikator sektor elektronik mencapai 4,11% pada kuartal II tahun ini. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel